Profil
Kota Badung
Kabupaten Badung, satu dari
delapan kabupaten dan satu kota di Bali, secara fisik mempunyai bentuk unik
menyerupai sebilah "keris", yang merupakan senjata khas masyarakat
Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan
simbol semangat dan jiwa ksatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan
historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung". Semangat ini
pula yang kemudian melandasi motto Kabupaten Badung yaitu "Cura Dharma
Raksaka" yang artinya Kewajiban Pemerintah adalah untuk melindungi
kebenaran dan rakyatnya.
Terletak
pada posisi 08o14'17" - 08o50'57" Lintang
Selatan dan 115o05'02" - 115o15' 09" Bujur
Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali. Mempunyai wilayah seluas
418,52 km2 ( 7,43% luas Pulau Bali ), Bagian utara daerah ini merupakan daerah
pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan
di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan
berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan
daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat
berbatasan dengan kabupaten Tabanan.
Kabupaten Badung merupakan
daerah berikilim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau (April -
Oktober) dan musim hujan (Nopember - Maret), dengan curah hujan rata-rata
pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu rata-rata 25 - 30oC dengan
Kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Secara administratif Kabupaten Badung
terbagi menjadi 6 ( enam ) wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara
ke Selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, &
Kuta Selatan. Disamping itu di wilayah ini juga terdapat 16 Kelurahan, 46 Desa,
369 Banjar Dinas, 164 Lingkungan 8 Banjar Dinas Persiapan dan 8 Lingkungan Persiapan.
Selain Lembaga Pemerintahan
seperti tersebut di atas, di Kabupaten Badung juga terdapat Lembaga Adat yang
terdiri dari 120 Desa Adat, 523 Banjar dan 523 Sekaa Teruna. Di Kabupaten
Badung juga terdapat 1 BPLA Kabupaten dan 6 BPLA Kecamatan serta 1 Widyasabha
Kabupaten dan 6 Widyasabha Kecamatan. Lembaga - lembaga adat ini memiliki peran
yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan
Bali pada umumnya.
Sebagaimana lazimnya sebuah
lembaga, anggota masyarakat adat ini terikat dalam suatu aturan adat yang
disebut awig - awig. Keberadaan awig-awig ini sangat mengikat warganya sehingga
umumnya masyarakat sangat patuh kepada adat. Oleh karena itu keberadaan Lembaga
Adat ini merupakan sarana yang sangat ampuh dalam menjaring partisipasi
masyarakat. Banyak program yang dicanangkan Pemerintah berhasil dilaksanakan
dengan baik di daerah ini, berkat keterlibatan dan peran serta lembaga adat
yang ada.
Lokasi dan Letak Geografis
Sebagai salah satu dari
kabupaten di Bali, Kabupaten Badung secara fisik memiliki bentuk wilayah
menyerupai sebilah keris (lihat Gambar 4.1). Keunikan ini kemudian diangkat
menjadi lambang daerah, yang di dalamnya terkandung semangat dan jiwa ksatria
berkaitan dengan peristiwa Puputan Badung. Semangat ini kemudian melandasi moto
Kabupaten Badung, Cura Dharma Raksaka, yang berarti kewajiban pemerintah untuk
melindungi kebenaran dan rakyatnya (Humas Badung, 2011:1).
Gambar 4.1 Peta Pulau Bali
dan Wilayah Kabupaten Badung
(Sumber:
http://www.badungkab.go.id)
Wilayah Kabupaten Badung
terletak pada posisi 08o 14'17"--08o 50'57"
Lintang Selatan (LS) dan 115o 05'02"--15o 15'
09" Bujur Timur (BT) membentang di tengah-tengah Pulau Bali. Luas wilayah
Kabupaten Badung adalah 418,52 km2 (7,43% dari luas Pulau Bali). Bagian utara
Kabupaten Badung merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan
dengan Kabupaten Buleleng. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah
dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia.
Sebelah timur wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar.
Bagian tengah wilayah Badung merupakan daerah persawahan. Di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Secara umum Kabupaten Badung merupakan
daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau
(April–Oktober) dan musim hujan (Nopember – Maret). Curah hujannya rata-rata 893,4
– 2.702,6 mm per tahun. Kemudian suhu udaranya berkisar 25oC – 30oC
dengan kelembapan udara rata-rata mencapai 79% (http://www.badungkab.go.id).
Khusus kedudukan atau lokasi Puspem Kabupaten Badung “Mangupraja” di wilayah
Mangupura terletak pada koordinat 08º36’10” LS dan 115º10’43” BT. Wilayah
Mangupura ini meliputi Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwitani, Desa
Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan
Sempidi, dan Kelurahan Sading.
Sejarah
Sebuah perahu
dagang (skunar) terdampar di pantai timur Kerajaan Badung pada jam 06.00
tanggal 27 Mei 1904. Perahu dagang itu bernama Sri Komala berbendera Belanda
yang berlayar dari Banjarmasin mengangkut barang dagangan milik pedagang Cina
bernama Kwee Tek Tjiang.
Oleh karena
kandas dan perahu pecah, maka para penumpang Sri Komala menurunkan barang yang
masih bisa diselamatkan antara lain peti kayu, peti seng dan koper kulit.
Nakhoda meminta bantuan kepada syahbandar di Sanur untuk menjaga keamanan
barang-barang yang diturunkan. Atas permintaan pemilik barang dan atas saran
Sik Bo, seorang warga Cina di Sanur, peristiwa kandasnya perahu dilaporkan
kepada Ida Bagus Ngurah, penguasa daerah Sanur dengan tujuan untuk ikut
mengamankan barang-barang yang telah diturunkan itu.
Sesuai
keterangan Kwee Tek Tjiang dan sesuai juga dengan keterangan nakhoda yang
diutus serta didampingi Sik Bo pada waktu menghadap Ida Bagus Ngurah,
dilaporkan bahwa barang dagangan yang diangkut terdiri dari gula pasir, minyak
tanah, dan terasi. Untuk memeriksa kebenaran laporan itu, Ida Bagus Ngurah
selaku penguasa Sanur berangkat ke tepi pantai untuk memeriksa langsung.
Isianya ternyata sesuai dengan laporan, dan ada tambahan barang berupa roti
kering dan sedikit uang kepeng. Berkat bantuan 11 orang tenaga kerja,
barang-barang yang masih tersisa di kapal diturunkan dan diangkut. Kesebelas
orang itu melakukan tugasnya dengan jujur dan tidak ada yang mencuri.
Utusan Raja
Badung datang ke pantai mengadakan pemeriksaan pada tanggal 29 Mei 1904, dua
hari setelah perahu itu terdampar. Pada waktu itulah Kwee Tek Tjiang membuat
laporan palsu kepada utusan raja dan menyatakan rakyat telah mencuri 3700
ringgit uang perak serta 2300 uang kepeng. Tentu saja laporan ini tidak dapat
diterima oleh utusan raja karena tidak disertai
bukti.
Oleh karena
tidak puas, Kwee Tek Tjiang menghadap langsung kepada Raja Badung yang menolak
pengaduan itu, karena selain dipandang tidak sesuai, Kwee Tek Tjiang juga
menuduh rakyat Badung merampas perahu itu pada tanggal 27 Mei 1904. Tuduhan itu
diulangi lagi oleh residen setelah mendapat laporan, dan bahkan langsung
menuntut agar Raja Badung memberikan ganti rugi sebesar 3000 ringgit. Oleh
karena rakyat telah menyatakan kejujurannya melalui sumpah, maka pihak Raja
Badung tetap pada keyakinannya bahwa apa yang dituduhkan itu hanya merupakan
tipu muslihat.
Keyakinan yang
teguh dari raja dan rakyat Badung dipandang membahayakan kedudukan pemerintah
kolonial di Bali, khususnya Residen (J. Escbach, kemudian G. Bruyn Kops sejak
tahun 1906). Perlu diketahui bahwa Van Hentz, Gubernur Jenderal di Batavia sangat
berambisi untuk menaklukan seluruh Hindia Belanda, bahkan dapat memecat residen
apabila dipandang perlu.
Oleh karena itu
residen dan bawahannya perlu menyelamatkan kedudukannya meskipun harus
mengorbankan kedaulatan Raja Badung. Residen J. Escbach mengusulkan agar Raja
Badung tetap dikenakan denda 3000 ringgit (7500 gulden). Meskipun telah
diultimatum, Raja Badung saat itu, I Gusti Ngurah Denpasar, tetap menolak
tuiduhan dan tuntutan sampai batas waktu pada tanggal 9 Januari 1905.
Penolakan
tegas Raja Badung mengakibatkan pemerintah kolonial mengirim kapal angkatan
laut ke perairan Badung untuk melakukan blokade ekonomi. Tindakan kejam
pemerintah kolonial melalui patroli angkatan lautnya semakin sering dilakukan,
lebih-lebih sikap raja Badung yang tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah
terhadap tuntutan ganti rugi. Meskipun pihak kerajaan Badung mengalami kerugian
setiap hari sebesar 1500 ringgit dari pemasukan pelabuhan akibat blokade
ekonomi itu, Raja Badung tetap tegus pada keyakinannya menolak tuduhan
Gubernurmen. Sementara itu
blokade ekonomi di darat juga dilakukan dengan cara bekerja sama dengan
raja-raja tetangga seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Tabanan, dan Karangasem,
namun kerajaan-kerajaan tetangga itu sulit memutuskan hubungan dengan Raja Badung
karena kepentingannya masing-masing. Blokade ekonomi yang dilancarkan di laut
atau di darat ternyata gagal dan tidak mampu membuat Raja Badung menyerah.
Kondisi ini mengakibatkan semakin tegangnya hubungan politik antara Kerajaan
Badung dan Pemerintah Gubernurmen.
Oleh karena
Raja Badung tetap pada keyakinannya, maka Gubernur Jenderal Van Hentzs mengirim
surat secara langsung kepada Raja Badung pada tanggal 17 Juli 1906. selain
kepada I Gusti Ngurah Pemecutan dan I Gusti Ngurah Denpasar, Van Hentzs juga
mengirim surat kepada Raja Tabanan, I Gusti Ngurah Agung, raja yang dengan
tegas memihak Raja Badung. Surat Gubernur Jenderal itu pada pokoknya mengulangi
tuntutan pemerintah yang diajukan sebelumnya, bahkan jumlah ganti rugi yang
dituntut lebih besar yaitu 5173 ringgit (12.932,50 gulden). Jumlah ini termasuk
biaya blokade yang sudah dikeluarkan pemerintah Gubernurmen dan harus dibayar
oleh Raja Badung. Substansi penting dari isi surat itu adalah batas waktu yang
diberikan. Gubernur Jenderal mengancam akan mengambil tindakan militer apabila
Raja Badung dan Tabanan tidak memberikan jawaban yang memuaskan sampai tanggal
1 September 1906.
Ancaman dari
Gubernur Jenderal di Batavia tidak sedikitpun mengubah pendirian Raja Badung.
Sekalipun pemerintah tertinggi Hindia Belanda di Batavia mengeluarkan surat
perintah untuk mengadakan untuk mengadakan untuk mengadakan ekspedisi militer
pada tanggal 4 September 1906, Raja Badung telah siap menanggung resiko demi
membela kedaulatan kerajaan (Nindihin Gumi Lan Swadharmaning Negara).
Dengan didahului pernyataan sumpah menurut Agama Hindu, raja dan rakyat Badung
lebih yakin untuk menolak ultimatum dan ancaman Belanda.
Ekspedisi militer V sampai di Selat Badung pada tanggal 12 September 1906. Kekuatan armadanya berjumlah 16 buah kapal, yaitu 9 buah kapal perang, dan 7 buah kapal pengangkut. Kapal-kapal perang tersebut di antaranya ”De Hortog Hendrik, Koningin Wilhelmena, Der Nederlander”, dilengkapi dengan meriam berbagai kaliber. Seluruh personil yang ikut dalam ekspedisi itu berjumlah 3053 orang yang terdiri atas 2312 orang personil militer dan 741 orang sipil termasuk wartawan perang.
Utusan dikirim
pada sore harinya untuk menyampaikan ultimatum kepada Raja Badung dan Tabanan
agar menyerah dalam tempo 2 x 24 jam. Ultimatum ditolak tegas, sehingga pasukan
Belanda mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 14 September 1906. Pabean Sanur
diduduki dan dijadikan benteng pertahanan mereka untuk melakukan serangan ke
arah Kesiman sebagai benteng terdepan Raja Badung.
Laskar Badung
yang sudah siap perang memperkuat bentengnya masing-masing di depan Puri
Kesiman, Denpasar, dan Pemecutan. Dengan gagah berani mereka berani menjaga
puri meskipun dihujani tembakan meriam dari Kapal ”De Hortog Hendrik”. Keesokan
harinya Laskar Badung menduduki beberap desa yaitu Taman Intaran, Buruan, dan
Sindu. Di Sindu terjadi kontak senjata antara Laskar Badung dan Batalyon 11
Pasukan Belanda.
Namun Laskar
Badung yang datang dari Kelandis dan Bengkel bergerak menuju Kepisah dan
mencapai Tanjung Bungkak, menyusul 500 laskar dari Kesiman di bawah pimpinan I
Gusti Gde Ngurah Kesiman bergerak ke selatan. Sebagian dari mereka
bersenjatakan tombak, keris, pedang, dan senapan telah menduduki sebagian besar
wilayah Sanur. Mengetahui kehadiran laskar Badung yang terutama terlihat jelas
dari Laskar Tombak, maka pasukan Belanda melepaskan tembakan salvo dari benteng
pertahanan mereka yang berjarak hanya 100 meter. Terjadilah pertempuran hebat,
satu melawan satu di seluruh Desa Sanur pada tanggal 15 September 1906. Di
kedua pihak jatuh korban. Pasukan Belanda banyak yang mengalami luka-luka,
sedangkan dari Laskar Badung tercatat 33 orang tewas dan 12 orang luka akibat tembakan meriam.
Laskar Badung
di Renon memasang ranjau dari bambu untuk membendung dan menghambat serangan
pasukan kavaleri Belanda yang menggunakan kuda. Pertahanan di desa-desa yang
mengelilingi 3 puri, yaitu Puri Kesiman, Puri Denpasar, dan Puri Pemecutan
diperkuat termasuk desa-desa di Renon, Lantang Bejuh, Sesetan, Panjer,
Kelandis, Bengkel, dan Tanjung Bungkak.
Pasukan Belanda
di bawah pimpinan Rost Van Toningen bergerak meninggalkan benteng di Pabean
Sanur pada tanggal 16 September 1906, jam 07.00. Pasukan itu bergerak mengikuti
jalan besar ke sebelah barat menuju Tanjung Bungkak, yang terdiri atas batalyon
18 dan 20, sedangkan batalyon 11 bergerak di sebelah kiri. Kedatangan batalyon
18 dan 20 di Desa Panjer disambut oleh serangan gencar dari sekitar 2000 orang
anggota Laskar Badung. Karena matahari hampir terbenam, dengan cepat pasukan
Belanda meninggalkan medan pertempuran untuk kembali ke bentengnya di Sanur.
Pada waktu mereka tiba di benteng, sekitar 30 orang anggota laskar Kerajaan
Badung dari Kesiman menyerang Pabean Sanur namun tembakan yang dilepaskan
angkatan laut Belanda berhasil memukul mundur laskar kerajaan. Perang sehari
pada tanggal 16 September di sekitar Panjer dan Sesetan sangat melelahkan
pasukan Belanda, sehingga keesokan harinya pada tanggal 17 September 1906
pasukan Belanda lebih banyak tinggal di benteng untuk membahas taktik
penyerangan terhadap kota dan ketiga puri Kerajaan Badung. Meskipun demikian,
meriam artileri yang ditempatkan dekat benteng mulai ditembakkan bersama-sama
dengan tembakan meriam dari kapal perang. Tembakan-tembakan meriam itu
diarahkan ke Puri sekitar kota dan Puri kesiman.
Taktik untuk
menyerang dan mengepung ibu kota dari sebelah utara atau dari belakang Puri
Denpasar yang didahului dengan penyerangan ke Puri Kesiman, baru diputuskan
pada tanggal 18 September 1906. Keputusan itu baru diambil dengan pasti setelah
ada laporan dari mata-mata Belanda bahwa I Gusti Gde Ngurah Kesiman yang ikut
menyerang benteng Belanda di Sanur telah terbunuh.
Pada Tanggal 18
September 1906, sejak jam 08.00 sampai dengan jam 18.00, meriam penembak yang
teletak disebelah kanan benteng ditembak kearah kota. Sebanyak 216 tembakan
meriam diarahkan ke Puri Pemecutan dan Denpasar, beberapa mengenai Puri dan
lebih banyak jatuh diluarnya. Sebanyak 1.500 orang laskar yang tidak gentar
menghadapi gertakan Belanda melalui tembakan meriam, kemudian memperkuat
benteng pertahanan di tepi timur Kesiman, di dekat kebun kelapa antara Tepi
sungai Ayung dan Desa Tangtu.
Pada tanggal 19
September, jam 07.45, Pasukan Belanda sudah siap menyerang Kesiman. Gerakan
Pasukan Belanda dimulai dari Pantai menuju keutara. Sementara itu laskar
Kerajaan Badung yang mempertahankan Desa Tangtu menyerang Rost Van Toningen
pada batalyon 20 sehingga seorang prajurit Belanda luka berat. Serangan laskar
Badung dapat dihentikan oleh 2 peleton batalyon 11 yang mengejar. Mereka
melanjutkan serangannya untuk menduduki Puri Kesiman dengan kekuatan 3 batalyon
yaitu batalyon 11 mengambil posisi sayap kanan, batalyon 20 ditengah dan
batalyon 18 diposisi sayap kiri disebelah timur sungai Ayung.
Pada jam 10.45
kedudukan laskar kerajaan Badung sudah mendekati jarak 350 meter dari pasukan
Belanda yang paling depan, sehingga asap mesiu yang mengepul sekitar kedudukan
laskar Badung menjadi sasaran tembak pasukan Belanda. Laskar Badung maju dengan
magsud melawan dengan sangat berani dan heroic, tetapi tembakan gencar mengenai
mereka dan roboh. Kelemahan pada pihak laskar Badung terletak pada teknik
persenjataan. Meskipun menggunakan meriam kecil (lila) dengan tembakan yang
sangat lambat namun ternyata senjata ini menjadi pembangkit semangat untuk
berperang. Semangat heroic yang rela berkorban, berperang sampai titik darah
penghabisan dan pantang menyerah adalah kewajiban leluhur setiap laskar Badung
di Kepisah maka Puri Kesiman dapat diduduki oleh tiga batalyon pasukan Belanda
pada jam 15.30. Jatuhnya pertahanan di Puri Kesiman mempermudah pasukan Belanda
kesebelah barat untuk menuduki Puri Denpasar dan Puri Pemecutan.
Pasukan
belanda bergerak kearah Barat meninggalgan Puri Kesiman dan menuju tepi Barat
Desa Sumerta pada tanggal 20 September 1906, jam 07.00 bersamaan dengan gerakan
pasukan, tembakan meriam dari benteng belanda di Sanur diarahkan ke Puri
Denpasar dan Pemecutan, sebanyak 60 peluru meledak di dalam dan sekitar puri
sehingga menimbulkan kerusakan.
Laskar Badung
ditepi barat Desa Sumerta melakukan perlawanan untuk mempertahankan tepi timur
Denpasar. Pada jam 08.00 pasukan Belanda dibagi tiga bagian. Batalyon 18
berbaris kesebelah kiri menuju Desa Kayumas, batalyon 11 kesebelah kanan jalan
(utara) menuju batas Timur Denpasar. Pada waktu batalyon 18 berangkat
keselatan, sejumlah laskar Badung yang mempertahankan Kayumas menembak dengan
meriam (lila) tetapi dibalas pasukan Belanda. Pada jam 09.00 Raja I Gusti
Ngurah Denpasar telah mendengar bahwa pasukan Belanda telah masuk ke kota
Denpasar. Di Puri Denpasar telah berkumpul keluarga dan pengikut swetia Raja,
kira-kira 250 orang, Raja memerintahkan untuk membakar Puri Denpasar.
Pada Jam 10.30,
batalyon 11 pasukan Belanda telah menduduki perempatan. Pada jalan Denpasar
menuju Tangguntiti. Pada jam 11.00 Raja dan Rombongannya keluar puri. Laki-laki
dan Wanita semuanya membawa senjata yang terdiri atas keris dan tombak.
Anak-anak juga demikian dan bayi digendong. Rombongan ini bergerak kesebelah
utara melalui pintu gerbang Puri dan keluar jalan besar, sampai di persimpangan
jalan Jero Belaluan. Rombongan meneruskan perjalanan sampai jarak sekitar 300
meter dari batalyon 11.
Rombongan
diperintahkan untuk berhenti melalui penterjemah. Meskipun sudah berulang kali
diperingatkan, tetapi rombongan maju terus hingga semakin dekat, sampai mjarak
100 meter, 80 sampai 70 langkah dari kedudukan pasukan Belanda, pada jarak
terakhir, raja dan rakyat Badung berlari kencang dengan tombak dan keris
terhunus menerjang musuh.
Saat itulah
tembakan salvo dilepaskan sehingga beberapa orang jatuh tersungkur termasuk
raja I Gusti Nguah Gde Denpasar, Raja Badung Gugur. Pengikut yang masih hidup
melanjutkan penyerbuannya dan tembakan gencar pasukan Belanda diteruskan. Pada
waktu itulah terjadi peristiwa yang mengerikan bagi orang Belanda. Dengan Cara
melawan Pantang menyerah, berperang
sampai titik darah penghabiskan, raja dan rakyat Badung rela dan iklas membela
kebenaran yang luhur. Tewas membela kebenaran adalah sorga bagi mereka dan
keyakinan ini tetap teguh mereka pegang sampai saat terakhir, sesuai dengan
ajaran agam mereka, Hindu.
Rombongan kedua
dari Puri, kemudian muncul dijalan besar, dipimpim oleh saudara tiri raja yang
masih berumur 12 tahun dengan tombak yang sangat panjang di tangan dan hampir
keberatan, pasukan Belanda dikepung. Saat itu, komandan pasukan dan juru
bahasapun memperingatkan agar berhenti, tetapi rombongan ini tidak menghiraukan
dan menyerang dengan ganas. Satu persatu mereka gugur kena peluru. Tumpukan
mayat sebelumnya semakin bertambah.
Sementara
itu, di dekat perempatan jalan dari Denpasar menuju Tangguntiti dan Kesiman
masih terjadi serangan laskar kerajaan Badung. Laskar Badung yang masih
menduduki Jero Taensiat melakukan serangan sporadis terhadap kedudukan pasukan
Belanda. Oleh karena peperangan yang tidak seimbang antara pasukan militer
propesional lengkap dengan persnjatan modern pada waktu itu terhadap laskar
konvensional yang hanya memiliki jiwa dan semangat pantang menyerah dalam
mempertahankan kedaulatan negeri dengan segala patriotisme dan heroismenya,
maka setiap serangan pelawanan laskar Badung dapat dijinakkan.
Pasukan Belanda
bergerak keselatan menuju dan menduduki Puri Denpasar pada jam 13.00 dari depan
Puru Denpasar, pasukan Belanda melanjutkan penyerangannya ke Puri Pemecutan
pada jam 15.00.
Raja Badung
dari Puri Pemecutan, I Gusti Gde Ngurah Pemecutan, memerintahkan untuk membakar
Puri sebelum melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Pada jam 15.00
batalyon sudah meninggalkan halaman depan Puri Denpasar dan sampai di Puri Suci
tidak terjadi perlawanan laskar kerajaan Badung, sebab konsentrasi pertahanan
Kerajaan Badung berada disebelah kiri depan Puri Pemecutan. Tembakan gencar
yang dilepaskan pasukan belanda
bertujuan membebaskan jalan didepannya dari serangan mendadak laskar Badung
karena sejumlah laskar semakin mendekati kedudukan pasukan Belanda.
Laskar Kerajaan
Badung yang bertahan diseberang sungai melepaskan tembakan kearah batalyon 18
setelah jarak tembak 700 meter dan tepat mengenai sasaran sehingga 2 orang dari
pasukan Belanda menjadi korban. Dibalas dengan tembakan artileri meriam kaliber
3,7 mengakibatkan Laskar Badung berguguran.
Pasukan Belanda
bergerak maju mendekati Puri Pemecutan dan pada waktu itu serangan laskar
Badung dilakukan. Raja I Gusti Ngurah Pemecutan yang di usung dengan tandu
berkumpul dengan para punggawa, istri, dan keluarganya di Puri Pemecutan.
Semuanya bergerak menyongsong kehadiran pasukan Belanda.
Kelompok
laskar di sana-sini bermunculan menyerang dengan tombak dan senapan dari jarak
yang agak jauh. Rombongan raja bergerak secara perlahan mendekati pasukan
Belanda. Setelah posisi mereka sangat dekat dengan posisi pasukan Belanda, raja
pasukannya bergerak semakin cepat dan langsung menerjang pasukan Belanda. Pada
pertarungan sengit itulah raja dan pasukannya gugur satu per satu. Akhirnya
pada pukul 18.00 perlawanan laskar Badung di Pemecutan yang merupakan benteng
terakhir terhenti. Belanda berhasil menduduki Puri Pemecutan.
Puputan Badung
adalah sebuah bentuk perang perlawanan terhadap ekspedisi militer pemerintah
kolonial Belanda V di Badung. Puputan Badung berarti pula bentuk reaksi
terhadap intervensi penguasa Belanda terhadap kedaulatan masyarakat Badung.
Bagi masyarakat Bali di Badung, puputan berarti juga sikap mendalam yang dijiwai
oleh nilai-nilai luhur, yaitu ksatria sejati, rela berkorban demi kedaulatan
dan keutuhan negeri (Nindihin
Gumi Lan Swadharmaning Negara) membela kebenaran dan keadilan (Nindihin Kepatutan) serta
berperang sampai tetes darah terakhir.
Oleh karena itu
”Puputan” yang menjadi tekad bersama raja-raja, para bangsawan dan seluruh
rakyat di Badung sama sekali bukanlah refleksi keputusasaan, justru perang
Puputan Badung 20 September 1906 merupakan fakta sejarah tak terbantahkan
tentang jiwa kepahlawanan dan kemanunggalan raja dan rakyat Badung. Berdasarkan
bukti-bukti historis yang ada, jelas bahwa raja-raja dan rakyatnya betul-betul
tulus iklas dan berani (laskarya) melakukan perang ”Puputan”
sebagai bentuk keputusan bersama untuk mempertahankan kedaulatannya dari
Belanda.
Fakta sejarah
Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906, akan tetap abadi tidak saja
dalam catatan sejarah perjalanan negeri ini, namun juga dalam hati sanubari
rakyat di seluruh negeri. Perang
yang menelan 7000 korban jiwa itu patut menjadi suri teladan tidak hanya bagi
rakyat Badung, namun bagi seluruh insan tanah air di masa kini, untuk
senantiasa berjuang mencapai cita-cita kemerdekaan Bangsa Indonesia sampai
titik darah penghabisan.
Visi dan Misi
VISI
Melangkah bersama membangun Badung berdasarkan
"Trihita Karana" menuju masyarakat adil sejahtera dan ajeg.
MISI
Bidang Parahyangan
Peningkatan srada dan bhakti Masyarakat
terhadapa ajaran agama, serta peningkatan eksistensi adat budaya dalam rangka
mengajegkan Bali di era kekinian.
Bidang Pawongan
- Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia di Badung.
- Menata sistem kependudukan dan meningkatkan
kesejahteraan sosial
masyarakat
- Meningkatkan perekonomian yang berbasis
kerakyatan dan ditunjang oleh iklim
kemitraan.
- Mewujudkan kepastian hukum serta menciptakan
ketentraman & ketertiban
masyarakat.
- Mewujudkan kepemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa (Good Governance
& Clean Government)
Bidang Pelemahan
- Memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah
- Mewujudkan pembangunan yang selaras &
seimbang sesuai fungsi wilayahnya
- Melestarikan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.
Organisasi / SKPD
Struktur Organisasi / Susunan Kelembagaan
Pemerintah Kabupaten Badung sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41
tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah adalah sbb:
- Sekretariat Daerah
- Dinas Daerah
- Lembaga Teknis Daerah
- Instansi Vertikal
- Kecamatan
- Sekretariat DPRD
- Perusahaan Daerah
- Staf Ahli
- Situs Instansi
Lembaga Tradisional
|
Bupati dari Masa ke Masa
Kependudukan
Penduduk dapat menentukan
dinamika suatu wilayah atau sebuah kota. Selaku individu dan kelompok, penduduk
menjadi pelaku utama dalam kehidupan sebuah kota atau wilayah. Berdasarkan data
Bappeda Badung 2009, jumlah penduduk Badung 388.514 jiwa, dengan laju
pertumbuhan 1, 21% dan kepadatan rata-rata 928 jiwa/ km². Wilayah yang paling
banyak penduduknya adalah Mengwi, yaitu 108.469 jiwa, sedangkan yang paling
sedikit penduduknya adalah wilayah Petang, yaitu 28.392 jiwa. Kepadatan
tertinggi ada di Kecamatan Kuta Utara, yaitu1.783 jiwa/ km², sedangkan terendah
di Kecamatan Petang, yaitu 247 jiwa/ km² (http://bappeda.badungkab.go.id).
Khusus data penduduk di wilayah Kota Mangupura, dalam buku Badung Selayang
Pandang (Humas Badung, 2011: 4), belum dicantumkan secara khusus. Dalam buku
tersebut hanya dicantumkan data secara umum, bahwa sampai akhir April 2011
penduduk Kabupaten Badung berjumlah 487.613 jiwa dengan kepadatan 1: 165, 50
jiwa/ km². Untuk dapat mengetahui gambaran umum jumlah penduduk Kota Mangupura,
dapat dilakukan rujukan pada data Badung Dalam Angka 2009. Dalam data tersebut
disebutkan jumlah penduduk wilayah Kota Mangupura berjumlah 59.715 jiwa dengan
kepadatan 13 jiwa/ ha. Jumlah penduduk terpadat berada di Kelurahan Sading,
yaitu 24 jiwa/ ha, sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Desa Kekeran,
yaitu dengan kepadatan 9 jiwa/ ha (Sumber: Badung Dalam Angka 2009).
Perekonomian
Pada masa kerajaan,
kekuatan ekonomi Badung banyak didukung oleh sektor pertanian (agraris)
berkombinasi dengan sektor perdagangan. Ketika pusat pemerintahan Badung berada
di Puri Denpasar, aktivitas perdagangan berupa pasar sore (tenten) berada di
sebelah selatan puri. Hal inilah yang menyebabkan pusat pemerintahan Badung
disebut Puri Denpasar, yang berarti puri dajan pasar (di sebelah utara pasar).
Perekonomian Badung juga didukung pelabuhan laut di Kuta, yang banyak
berhubungan dengan pedagang dari luar daerah, bahkan dari negara asing. Setelah
Indonesia merdeka, khususnya sejak dekade 1980-an, perekonomian Badung lebih
banyak didukung oleh sektor pariwisata budaya. Sektor inilah yang banyak
memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Badung. Dalam
sambutan peresmian Kota Mangupura pada 12 Februari 2010, Mendagri Gamawan Fauzi
memuji keberhasilan Kabupaten Badung yang mampu meningkatkan PAD, yang semula
kurang dari Rp 400 miliar menjadi lebih dari Rp 800 miliar pada 2011. Padahal,
PAD daerah biasanya hanya 5 – 20 persen dari pendapatan keseluruhan. Akan
tetapi, Kabupaten Badung ternyata mampu mencapai 60 persen. Ini merupakan
sesuatu yang luar biasa menurut Mendagri (http://bali.antaranews.com). PAD
Kabupaten Badung tersebut lebih banyak bersumber dari kontribusi pajak hotel
dan restoran (Humas Badung, 2011: 9).
Tingginya PAD Badung yang
berasal dari kontribusi pajak hotel dan restoran (PHR) menyebabkan Pemda Bali
berinisiatif mewajibkan Kabupaten Badung menyisihkan PAD yang berasal dari PHR
untuk disumbangkan kepada kabupaten lain di Bali (selain Denpasar) melalui
Pemda Bali. Kewajiban tersebut dituangkan dalam Keputusan Gubernur Bali No. 16,
Tahun 2003. Setelah terjadinya peristiwa Bom Bali pada 2002, pemanfaatan
sumbangan Kabupaten Badung kepada Pemda Bali untuk didistribusikan kepada enam
kabupaten di Bali, pemanfaatannya diprioritaskan untuk promosi pariwisata bersama
dan peningkatan keamanan. Hal ini diputuskan berdasarkan SK Gubernur No.
285/01-F/HK/2009, 11 Maret 2009 (Humas Badung, 2011: 7). Tingginya PAD Badung
inilah yang antara lain banyak memberikan kontribusi kepada Kabupaten Badung
sehingga sebagian dananya dapat digunakan untuk membangun gedung pusat
pemerintahannya, yang menurut Mendagri Gamawan Fauzi sangat megah. Menurut
Kabag Administrasi Pembangunan Badung, A.A. Ngr. Bayu Kumara, dana pembangunan
Gedung Puspem Badung sebenarnya juga berasal dari dana pinjaman di Bank
Pembangunan Daerah Bali. Untuk mengangsur pembayaran dana pinjaman proyek
pembangunan Gedung Puspem Badung inilah, antara lain diambil dari PAD Badung.
Sosial Budaya
Penduduk Badung sejak
zaman dahulu sebenarnya adalah masyarakat agraris dengan dilandasi ajaran agama
Hindu dan adat yang kuat. Menurut Bagus dkk. (1977: 101--103), kehidupan
komunal masyarakat agraris Bali, hidupnya berkelompok dalam sistem kekekrabatan
keluarga batih, keluarga luas, klan kecil, dan klan besar. Keluarga batih
terbentuk setelah terjadi perkawinan. Keluarga luas terbentuk dari satu
perkawinan atau sejumlah perkawinan sehingga keluarga luas terdiri atas lebih
dari satu keluarga inti. Klan kecil merupakan keluarga dalam satu ikatan dadia,
yang menjadi satu kesatuan tempat suci klan (tunggal dadia), seperti klan
(warga) Pasek atau warga Pande. Klan besar merupakan ikatan keluarga dalam satu
ikatan tempat suci panti atau paibon. Klan besar ini memiliki sejarah asal usul
dalam bentuk babad, yang disimpan oleh kepala keluarga paling tua (penglingsir)
atau di tempat suci paibon-nya. Fungsi babad klan besar adalah untuk membina
identitas kelompok dan memelihara norma serta adat tradisional.
Dalam
kehidupan sosial budaya di Kabupaten Badung saat ini selain terdapat lembaga
pemerintahan juga terdapat lembaga adat yang terdiri atas 120 desa adat, 523
banjar (dusun), dan 523 sekaa teruna (organisasi pemuda tradisional). Di
Kabupaten Badung terdapat satu Badan Penasihat Lembaga Adat (BPLA) Kabupaten
dan enam BPLA Kecamatan, satu Widyasabha Kabupaten dan enam Widyasabha
Kecamatan. Lembaga-lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam
pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan Bali pada umumnya. Sebagaimana
lazimnya sebuah lembaga, anggota masyarakat adat ini terikat dalam suatu aturan
adat yang disebut awig-awig. Keberadaan awigawig ini sangat mengikat warganya
sehingga umumnya masyarakat sangat patuh kepada adat. Oleh karena itu,
keberadaan lembaga adat ini merupakan sarana yang sangat ampuh dalam menjaring
partisipasi masyarakat Badung. Banyak program yang dicanangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Badung berhasil dilaksanakan karena melibatkan peran serta lembaga
adat (http://www.badungkab.go.id).
Pendidikan
Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena baik
buruknya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh
tinggi rendahnya pendidikan penduduknya. Disamping itu pendidikan juga menjadi
salah satu indikator yang menentukan Indek Pembangunan manusia ( Human
Development Index – HDI) dan Gender Development Index (GDI) dari suatu negara.
Pendidikan dapat memberikan nilai-nilai kognitif, afektif dan psikomotorik
kepada setiap individu disamping juga dapat digunakan sebagai alat untuk
mentranspormasikan nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap individu baik laki-laki
maupun perempuan sangatlah penting dan inilah
daftar sarana pendidikan yang berada di Kabupaten Badung
Transportasi
Transportasi merupakan
salah satu kebutuhan dan kepentingan dari berbagai kegiatan pembangunan dalam
upaya menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi, sosial,
budaya, politik dan keamanan. Transportasi dalam peranannya sebagai penunjang
dan penggerak serta pemerata hasil – hasil pembangunan mutlak harus
direncanakan, diatur dan dikendalikan sedemikian rupa agar dapat berfungsi
optimal.
Transportasi
memegang peranan yang sangat penting dan merupakan urat nadi penunjang proses
dan kegiatan dalam hidup dan kehidupan manusia. Transportasi dalam bentuknya
sebagai pelayanan jasa transportasi berfungsi menunjang dan memenuhi kebutuhan
hidup sehari – hari. Permintaan ( demand ) transportasi dari waktu ke waktu
senantiasa mengalami peningkatan sementara penyediaan ( supplay ) sarana dan
prasarana transportasi sangat terbatas dan tidak mampu mengimbanginya ,
sehingga permasalahan transportasi tidak mungkin dihindari.
Pariwisata
Badung merupakan salah satu
dari delapan kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Kabupaten yang berada di Bali
Selatan ini memiliki enam kecamatan yakni Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta,
Kuta Utara, dan Kuta Selatan. Kabupaten Badung juga
menjadi tujuan wisata nusantara dan mancanegara karena memiliki banyak objek
wisata yang terkenal.
Berikut Long Trip Mania sajikan beberapa objek
wisata pantai yang ada di Kabupaten Badung yang perlu Anda ketahui.
1. Pantai Kuta
Pantai kuta merupakan salah satu pantai
paling eksotis yang ada di Bali dan merupakan objek wisata andalan dari
kabupaten Badung. Pantai Kuta sudah terkenal di mancanegara sejak tahun
1970-an. Di pantai ini anda bisa menyaksikan matahari tenggelam (sunset). Setiap harinya pantai ini
tidak pernah sepi dari pengujung (kecuali hari raya Nyepi).
2. Pantai
Jimbaran (Muaya)
Pantai Muaya atau lebih dikenal dengan nama
Pantai Jimbaran, terletak di Desa Jimbaran kecamatan Kuta Selatan. Pantai Muaya
memiliki pemandangan yang khas, dengan pasir putih yang berkilau dan
pemandangan sunset yang indah.
3. Pantai
Dreamland
Pantai ini terletak di desa Pecatu kecamatan
Kuta Selatan. Pantai Dreamland dikelilingi oleh tebing-tebing yang menjulang
tinggi dan dikelilingi batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai. Pantai
ini sangat cocok untuk menikmati sunset.
4. Pantai Nusa
Dua
Pantai Nusa Dua terletak di Nusa Dua, kecamatan
Kuta Selatan. Pantai dengan pasir putih ini memiliki suasana damai dan tenang,
sangat cocok untuk beristirahat dan bersantai di bawah matahari tropis. Pantai
Nusa Dua terbagi menjadi beberapa titik pantai seperti pantai Samuh, Club Med,
Mengiat, Geger, dan Nikko. Pada pagi hari Anda bisa menikmati sunrise.
5. Pantai Water
Blow
Lokasi Pantai Water Blow dekat dengan pantai
Nusa Dua. Pantai ini penuh dengan tebing karang dan kita tidak bisa berenang di
pantai ini karena laut sangat jauh dibawah tebing karang. Di sini bisa
menyaksikan ombak yang menghantam batu karang yang menyebabkan air menjulang
tinggi dan sangat indah.
6. Pantai
Padang-Padang
Pantai Padang-Padang juga disebut dengan nama
pantai Labuan Sait. Terletak di Jalan Labuan Sait, Desa Pecatu Kecamatan Kuta
Selatan. Pantai Padang-Padang dikelilingi oleh tebing batu karang yang kokoh,
sehingga untuk mencapai pantai ini anda harus melalui celah tebing karang yang
hanya muat satu orang serta menuruni anak tangga satu persatu.
7. Pantai Pandawa
Pantai Pandawa atau Secret Beach, terletak di
desa Kutuh Kecamatan Kuta selatan. Disebut Secret Beach karena lokasinya
tersembunyi di balik deretan perbukitan batu yang hanya ditumbuhi
semak-belukar. Di pantai ini ada patung keluarga Pandawa.
8. Pantai Kedonganan
Terletak di Desa Tuban Kecamatan Kuta, mempunyai
pemandangan yang menawan dengan pasir putih serta gelombang yang tenang. Pantai
ini menampilkan panorama sunset yang menakjubkan. Di pantai ini banyak terdapat
restoran yang menyajikan seafood dan ramai dikunjungi pada sore hingga
malam hari.
9. Pantai Canggu
Pantai ini terletak di Desa Canggu Kecamatan
Kuta Utara, memiliki keunikan tersendiri dimana diseberang pesisir pantai
terdapat hamparan sawah yang luas. Pantai Canggu banyak dikunjungi peselancar
lokal maupun manca negara dikarenakan pantai ini mempunyai gelombang yang
tinggi.
10. Pantai
Cemongkak
Pantai ini terletak di sebelah utara pantai
Bingin.Karakterisitik pantai ini mirip seperti pantai Dreamland dan pantai
Bingin. Pantai ini masih alami dan suasananya tenang dengan hamparan pasir
putihnya.
11. Pantai
Nyang-Nyang
Pantai ini terletak di Desa Pecatu Kecamatan
Kuta Selatan, berada tersembunyi dibalik karang. Pantai ini berpasir putih
bersih dengan air lautnya berwarna hijau kebiru biruan. Untuk sampai kelokasi
terlebih dahulu menuruni anak tangga agar bisa mencapai pantai. Pantai ini
terkenal dengan gelombang besarnya sehingga banyak turis asing yang datang
kesini untuk bermain selancar.
12. Pantai Seseh
Pantai berpasir hitam ini terletak Desa Munggu
Kecamatan Mengwi. Dari pantai ini Anda bisa menikmati pemandangan sunset.
Pantai ini mempunyai gelombang besar dan berangin kencang sehingga cocok untuk
melakukan kegiatan olahraga selancar dan Kitesurf.
13. Pantai Batu
Bolong
Pantai Batu Bolong terletak di Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara. Di pantai ini terdapat batu besar dengan sebuah bolongan
di dalamnya. Pemandangan matahari terbenam yang luar biasa, membuat pantai ini
terlihat menakjubkan dan indah.
14. Pantai
Berawa
Pantai ini terletak di Banjar Berawa desa Canggu
kecamatan Kuta Utara, memiliki pasir putih dan ombaknya yang sangat kencang.
Gelombang air laut di kawasan pantai ini selain memiliki ombak bagus juga
mempesona, menyuguhkan pemandangan alam indah terutama saat matahari tenggelam.
15. Pantai
Suluban
Pantai yang terletak di Desa Pecatu kecamatan
Kuta Selatan ini memiliki keunikan tersendiri pada saat menuju pantai harus
terlebih dahulu melewati tebing batu karang yang menyerupai goa atau terowongan
sebelum akhirnya sampai di pantai yang luas, berpasir putih dengan gemuruh
gelombangnya menyenangkan.
16. Pantai Batu Mejan (Echo Beach)
Pantai Batu Mejan (Echo Beach) terletak di Desa
Canggu kecamatan Kuta utara. Kawasan pantai ini berada diatas karang namun pada
sisi pantainya terdapat pasir yang landai.
17. Pantai
Bingin
Pantai ini letaknya di Desa Pecatu kecamatan
Kuta selatan. Panti ini cocok untuk kegiatan surfing dan bersantai untuk
menikmati sunset. Pantai bingin dan Pantai Dreamland dipisahkan oleh tebing
yang cukup tinggi. Untuk menuju pantai ini pengunjung harus melewati kebun
penduduk asli, dan menuruni anak tangga batu di jalan sempit dan juram.
18. Pantai
Double six
Terletak di Desa Seminyak kecamatan Kuta,
sedikit lebih tenang daripada pantai Kuta dan menghadirkan nuansa eksotis
Pantai Kuta beberapa tahun silam. Sama seperti pantai Kuta, di sini kita akan
disuguhkan pemandangan sunset yang indah.
19. Pantai
Jerman
Terletak di Jalan Wana Segara, Desa Tuban,
Kecamatan Kuta. Di pantai ini Anda akan menemukan banyak perahu-perahu nelayan
yang terparkir rapi di pinggiran pantainya dengan warna dan ukuran yang
beragam. Anda bisa melihat pesawat mendarat atau lepas landas dari Bandara
Ngurah Rai di bagian kiri pantai. Bersantai di pantai sambil melihat pesawat
naik turun akan menjadi sensasi yang berbeda.
20. Pantai
Pererenan
Terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara.
Pantai berpanorama indah ini merupakan salah satu referensi pantai surfing di
Bali, khususnya di kalangan surfer yang sudah memiliki tingkat keterampilan
cukup tinggi. Selain itu pantai berkarang ini juga menawarkan panorama sunset
yang menawan.
21. Pantai
Selasih
Terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara,
pantai ini diapit dua muara sungai. Dua muara sungai yang mengapit Pantai
Selasih juga adalah pemisah serta penyatu pantai ini dengan Pantai Pererenan di
satu sisi dan Pantai Seseh di sisi lain. Pantai Selasih ini cocok sekali untuk
mereka yang mencari ketenangan dan relaksasi.
22. Pantai
Tanjung Benoa
Pantai Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat
wisata air (watersports) dan satu-satunya tempat untuk permainan-permainan olah
raga air yang menyenangkan. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di pantai ini
seperti bersantai bersama teman atau keluarga, berjemur, berjalan-jalan
sepanjang pantai, berenang dan lain-lainnya.
23. Pantai
Tegal Wangi
Pantai Tegal Wangi memiliki pasir putih yang
berada di areal Pura Segara Tegalwangi, Desa Adat Jimbaran, Kecamatan Kuta
Selatan. Dari atas tebing, selain melihat keindahan pantai, pengunjung juga
bisa menyaksikan deburan ombak keras yang menghampiri bibir pantai menuju celah
kecil menuju daratan yang dihalangi karang sambil menunggu sunset.
24. Pantai Batu
Pageh
Pantai pasir putih yang berada dibawah kawasan
batu karang ini terletak di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan. Sejauh mata
memandang akan terlihat pemandangan laut biru yang membentang dan sungguh
menakjubkan, saat akan menuju lokasi pantai terlebih dahulu para wisatawan yang
datang harus menuruni anak tangga yang berjumlah 328 sebelum sampai
dibibir pantai. Banyak wisatawan yang datang kesini menunggu saat matahari
terbenam (sunset) sambil berjemur, bermain selancar dan berenang.
25. Pantai Samuh
Pantai Samuh cocok untuk mencari keindahan di
pagi hari serta segarnya suasana pantai, suguhan matahari terbit tak kalah
menariknya, sehingga tempat ini layak untuk menjadi destinasi utama di kawasan
Bali Selatan.
26. Pantai
Mengiat
Pantai Mengiat salah satu tempat eksotik yang
terletak di kawasan perairan Nusa Dua, sebuah objek wisata menawarkan
ketenangan, kedamaian serta lingkungan terjaga bersih. Hamparan pasir putih di
Pantai Mengiat, tergolong luas, terbentang sepanjang 1 km, menghadap ke Timur,
sehingga pengunjung pantai ini bisa melihat matahari terbit dengan sempurna,
air laut yang jernih menggoda setiap orang untuk menikmati kesegarannya.
27. Pantai
Geger Sawangan
Pasir pantainya yang putih bersih yang terbentang hingga
beratus-ratus meter panjangnya tampak seperti hamparan permadani yang ramah
menyambut pelancong yang ingin berbaring dan berjemur di atasnya. Satu hal lain
yang banyak menarik turis ke pantai ini adalah terdapatnya wisata mengendarai
unta mengelilingi pantai. Pantai Geger terletak di desa adat Peminge, Sawangan.
28. Pantai Batu
Belig
Terletak di Banjar Batu Belig, Desa Adat
Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara. Pantai Batubelig tampaknya juga menjadi tempat
yang digemari anak-anak setempat untuk bermain-main, terutama ketika matahari
sudah jauh turun mendekati garis cakrawala dan panasnya pun tidak lagi
menyengat kulit.
29. Pantai Kelan
Pantai Kelan berada di Pantai
Kelan berada di Desa Kelan, Kecamatan Kuta. Salah
satu keunikan yang ada di pantai kelan yakni pantai ini terletak di seberang
runway bandara, tepat berada di selatan Bandara Ngurah Rai sehingga pengunjung
juga bisa menyaksikan hilir-mudiknya pesawat. Pantai Kelan cocok untuk melihat
sunset karena view matahari tenggelamnya sungguh memukau.
30. Pantai Niko
30. Pantai Niko
Pantai Niko berada di jalan gunung payung I dan dekat dengan kawasan hotel Niko sehingga pantai ini bernama pantai niko. Memiliki keindahan pasir putih dan pantai ini relatif sepi pengunjung, sangat cocok bagi yang tidak suka keramaian..
31. Pantai Gunung Payung
Pantai ini dekat dengan pura Gunung Payung sehingga pantai ini diberi nama Pantai Gunung Payung. Bentangan pasir putih di pantai ini hanya 100 meter, namun memiliki keindahan yang luar biasa apalagi dipadukan dengan keindahan ilalangnya yang menghijau.
32. GWK (Garuda Wisnu
Kencana)
Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini berlokasi di Bukit Ungasan
- Jimbaran, Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung Bali sekitar 40 km di sebelah
selatan Denpasar dan bila dari pelabuhan Udara dapat ditempuh sekitar 15 menit.
Dari Ubud Anda dapat mencapainya sekitar 1.5 jam dan sekitar 30 menit dari
Kuta. Dimana saat ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi Landmark
bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Kompleks lapangan GWK sering dipakai
sebagai tempat konser atau launching perusahaan di Bali. Di malam hari, kita
bisa menikmati kerlap-kerlip lampu di bagian bawah seperti Jimbaran, Benoa dan
juga Kuta.
33. Tur Mangrove Benoa
Wisata lain yang menarik di pulau Bali adalah berwisata ke hutan
mangrove atau bakau. Hutan bakau ini dapat kita kelilingi melalui jalan setapak
yang terbuat dari kayu berupa jembatan yang melintasi daratan dan perairan
disekitar lingkungan hutan mangrove. Hutan ini terletak di dekat Pelabuhan
Benoa di Suwung Kau, sekitar 21 km ke selatan Denpasar, dekat bandara
Internasional Ngurah Rai, yakni di tepi Jl. Bypass jalan utama yang
menghubungkan titik-titik pusat wisata antara pantai Kuta, Legian, Nusa Dua,
Jimbaran sampai ke Uluwatu.
34. Pura Taman Ayun
Pura Taman Ayun merupakan salah satu dari pura-pura terindah di
Bali, terletak di Desa Mengwi, Badung sekitar 18 kilometer barat laut kota
Denpasar dan . Dalam bahasa Bali, Taman Ayun berarti “taman yang indah”.
Sebagai salah satu pura Bali yang dibuat oleh Kerajaan Mengwi kuno, Pura Taman
Ayun ini juga dimaksudkan sebagai tempat wisata keluarga kerajaan, sehingga
pada bagian dari pura Hindu ini sangat indah. Halaman pura ditata sedemikian
indah dan dikelilingi kolam ikan yang dibangun tahun 1634 oleh Raja Mengwi saat
itu I Gusti Agung Anom. Dihiasi oleh meru - meru yang menjulang tinggi dan
megah diperuntukkan baik bagi leluhur kerajaan maupun bagi para Dewa yang
bestana di Pura-pura lain di Bali.
35. Pura
Uluwatu
Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan
tempat wisata yang menawan, terletak di ujung selatan pulau Bali dan mengarah
ke samudra Hindia, tepatnya berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta,
Badung. Pura ini berdiri kokoh di atas anjungan batu karang terjal dan tinggi
yang menjorok ke arah laut dengan ketinggian sekitar 50 meter. Di depan pura
terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga
kesucian pura. Mengunjungi Pura Uluwatu paling baik adalah pada sore hari,
sehingga Anda bisa menyaksikan matahari tenggelam dengan siluet Pura Uluwatu
yang mengagumkan.
36. Waterbom Bali
Ingin ke tempat liburan yang paling seru buat
keluarga, anak-anak, tua muda di Bali? Ingin berenang dan berjemur atau
bersantai di kolam? Mau mencoba wahana permainan air yang menantang dan
seru di Bali? Semua cuma ada di Waterbom Kuta-Bali, yang berada di jantung Kuta
tepatnya di jalan Kartika Plaza. Waterbom Bali mudah dicapai bahkan hanya
dengan berjalan kaki dari Pantai Kuta. Apabila Anda dari Bandara Ngurah Rai,
jarak tempuh ke Waterbom Bali hanya
sekira 2 km. Dari Pantai Tuban, Waterbom Bali hanya berjarak sekira 900 meter.
Dari Pantai Legian, jarak ke Waterbom Bali mencapai 3 kilometer saja. Waterbom
Bali juga berdekatan dengan Hardrock Café Bali dan sejumlah fasilitas lainnya.
POTENSI
YANG DI DAPAT:
Menyesuaikan dengan kondisi dan potensi
wilayahnya, maka Kabupaten Badung dibagi menjadi 3 wilayah Pembangunan yaitu:
Wilayah Pembangunan Badung Utara,
yang meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Petang
dan Abiansemal dengan pusat pengembangan wilayah di Blahkiuh, dengan dominasi
aktivitas perkebunan, tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan rumah
tangga dan konservasi alam.
Wilayah Pembangunan Badung Tengah,
yang meliputi Kecamatan Mengwi dengan pusat
pengembangan di Mengwi dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan,
pariwisata budaya serta industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Wilayah Pembangunan Badung Selatan,
yang meliputi Kecamatan Kuta Selatan, Kuta dan
Kuta Utara dengan pusat pengembangan di Kuta dan dominasi aktivitas pariwisata,
pendidikan, perikanan, industri kecil, serta perdagangan dan jasa.
Sedangkan sektor-sektor unggulan yang dikembangkan
di wilayah ini adalah :
Pariwisata
Pertanian dalam arti luas
Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga
KEKURANGAN YANG DI DAPAT:
Masalah utama yang dihadapi adalah kemacetan
dikarenakan wilayah pariwisata yang dikunjungi hampir setiap hari bahkan ada
yang ramai setiap saat sehingga menciptakan kemacetan yang tidak bisa diduga
dan yang kedua adalah persaingan infrastruktur dimana penduduk local harus
bersaing dengan penduduk asing yang membawa budaya infrastruktur serba modern.
SOLUSI:
SOLUSI:
Pemerintah seharusnya menggali
sedalam-dalamnya semua potensi yang ada di Kabupaten Badung terutama disektor
pariwisatanya bahkan bisa di dukung dengan peningkatan sarana dan prasarana
untuk pariwisata agar para pelancong memiliki aksesbilitas ketempat tujuan
pariwisata lebih mudah sehingga akan lebih banyak wisatawan yang terserap dan
mampu membuat perkembangan ekonomi lebih meningkat.