Selasa, 29 Maret 2016

PROFIL KOTA BADUNG, BALI OLEH I GEDE MADE RAMADIARTHA 3614100007 PWK ITS

Profil Kota Badung

Kabupaten Badung, satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, secara fisik mempunyai bentuk unik menyerupai sebilah "keris", yang merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa ksatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung". Semangat ini pula yang kemudian melandasi motto Kabupaten Badung yaitu "Cura Dharma Raksaka" yang artinya Kewajiban Pemerintah adalah untuk melindungi kebenaran dan rakyatnya.

Terletak pada posisi 08o14'17" - 08o50'57" Lintang Selatan dan 115o05'02" - 115o15' 09" Bujur Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali. Mempunyai wilayah seluas 418,52 km2 ( 7,43% luas Pulau Bali ), Bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Tabanan.

Kabupaten Badung merupakan daerah berikilim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau (April - Oktober) dan musim hujan (Nopember - Maret), dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu rata-rata 25 - 30oC dengan Kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Secara administratif Kabupaten Badung terbagi menjadi 6 ( enam ) wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, & Kuta Selatan. Disamping itu di wilayah ini juga terdapat 16 Kelurahan, 46 Desa, 369 Banjar Dinas, 164 Lingkungan 8 Banjar Dinas Persiapan dan 8 Lingkungan Persiapan.

Selain Lembaga Pemerintahan seperti tersebut di atas, di Kabupaten Badung juga terdapat Lembaga Adat yang terdiri dari 120 Desa Adat, 523 Banjar dan 523 Sekaa Teruna. Di Kabupaten Badung juga terdapat 1 BPLA Kabupaten dan 6 BPLA Kecamatan serta 1 Widyasabha Kabupaten dan 6 Widyasabha Kecamatan. Lembaga - lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan Bali pada umumnya. 

Sebagaimana lazimnya sebuah lembaga, anggota masyarakat adat ini terikat dalam suatu aturan adat yang disebut awig - awig. Keberadaan awig-awig ini sangat mengikat warganya sehingga umumnya masyarakat sangat patuh kepada adat. Oleh karena itu keberadaan Lembaga Adat ini merupakan sarana yang sangat ampuh dalam menjaring partisipasi masyarakat. Banyak program yang dicanangkan Pemerintah berhasil dilaksanakan dengan baik di daerah ini, berkat keterlibatan dan peran serta lembaga adat yang ada.


Lokasi dan Letak Geografis

Sebagai salah satu dari kabupaten di Bali, Kabupaten Badung secara fisik memiliki bentuk wilayah menyerupai sebilah keris (lihat Gambar 4.1). Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah, yang di dalamnya terkandung semangat dan jiwa ksatria berkaitan dengan peristiwa Puputan Badung. Semangat ini kemudian melandasi moto Kabupaten Badung, Cura Dharma Raksaka, yang berarti kewajiban pemerintah untuk melindungi kebenaran dan rakyatnya (Humas Badung, 2011:1).

Gambar 4.1 Peta Pulau Bali dan Wilayah Kabupaten Badung
(Sumber: http://www.badungkab.go.id)


Wilayah Kabupaten Badung terletak pada posisi 08o 14'17"--08o 50'57" Lintang Selatan (LS) dan 115o 05'02"--15o 15' 09" Bujur Timur (BT) membentang di tengah-tengah Pulau Bali. Luas wilayah Kabupaten Badung adalah 418,52 km2 (7,43% dari luas Pulau Bali). Bagian utara Kabupaten Badung merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan Kabupaten Buleleng. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Sebelah timur wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar. Bagian tengah wilayah Badung merupakan daerah persawahan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Secara umum Kabupaten Badung merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau (April–Oktober) dan musim hujan (Nopember – Maret). Curah hujannya rata-rata 893,4 – 2.702,6 mm per tahun. Kemudian suhu udaranya berkisar 25oC – 30oC dengan kelembapan udara rata-rata mencapai 79% (http://www.badungkab.go.id). Khusus kedudukan atau lokasi Puspem Kabupaten Badung “Mangupraja” di wilayah Mangupura terletak pada koordinat 08Âş36’10” LS dan 115Âş10’43” BT. Wilayah Mangupura ini meliputi Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwitani, Desa Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sempidi, dan Kelurahan Sading.


Sejarah
Sebuah perahu dagang (skunar) terdampar di pantai timur Kerajaan Badung pada jam 06.00 tanggal 27 Mei 1904. Perahu dagang itu bernama Sri Komala berbendera Belanda yang berlayar dari Banjarmasin mengangkut barang dagangan milik pedagang Cina bernama Kwee Tek Tjiang.
Oleh karena kandas dan perahu pecah, maka para penumpang Sri Komala menurunkan barang yang masih bisa diselamatkan antara lain peti kayu, peti seng dan koper kulit. Nakhoda meminta bantuan kepada syahbandar di Sanur untuk menjaga keamanan barang-barang yang diturunkan. Atas permintaan pemilik barang dan atas saran Sik Bo, seorang warga Cina di Sanur, peristiwa kandasnya perahu dilaporkan kepada Ida Bagus Ngurah, penguasa daerah Sanur dengan tujuan untuk ikut mengamankan barang-barang yang telah diturunkan itu.
Sesuai keterangan Kwee Tek Tjiang dan sesuai juga dengan keterangan nakhoda yang diutus serta didampingi Sik Bo pada waktu menghadap Ida Bagus Ngurah, dilaporkan bahwa barang dagangan yang diangkut terdiri dari gula pasir, minyak tanah, dan terasi. Untuk memeriksa kebenaran laporan itu, Ida Bagus Ngurah selaku penguasa Sanur berangkat ke tepi pantai untuk memeriksa langsung. Isianya ternyata sesuai dengan laporan, dan ada tambahan barang berupa roti kering dan sedikit uang kepeng. Berkat bantuan 11 orang tenaga kerja, barang-barang yang masih tersisa di kapal diturunkan dan diangkut. Kesebelas orang itu melakukan tugasnya dengan jujur dan tidak ada yang mencuri.
Utusan Raja Badung datang ke pantai mengadakan pemeriksaan pada tanggal 29 Mei 1904, dua hari setelah perahu itu terdampar. Pada waktu itulah Kwee Tek Tjiang membuat laporan palsu kepada utusan raja dan menyatakan rakyat telah mencuri 3700 ringgit uang perak serta 2300 uang kepeng. Tentu saja laporan ini tidak dapat diterima oleh utusan raja karena tidak disertai bukti.
Oleh karena tidak puas, Kwee Tek Tjiang menghadap langsung kepada Raja Badung yang menolak pengaduan itu, karena selain dipandang tidak sesuai, Kwee Tek Tjiang juga menuduh rakyat Badung merampas perahu itu pada tanggal 27 Mei 1904. Tuduhan itu diulangi lagi oleh residen setelah mendapat laporan, dan bahkan langsung menuntut agar Raja Badung memberikan ganti rugi sebesar 3000 ringgit. Oleh karena rakyat telah menyatakan kejujurannya melalui sumpah, maka pihak Raja Badung tetap pada keyakinannya bahwa apa yang dituduhkan itu hanya merupakan tipu muslihat.
Keyakinan yang teguh dari raja dan rakyat Badung dipandang membahayakan kedudukan pemerintah kolonial di Bali, khususnya Residen (J. Escbach, kemudian G. Bruyn Kops sejak tahun 1906). Perlu diketahui bahwa Van Hentz, Gubernur Jenderal di Batavia sangat berambisi untuk menaklukan seluruh Hindia Belanda, bahkan dapat memecat residen apabila dipandang perlu.
Oleh karena itu residen dan bawahannya perlu menyelamatkan kedudukannya meskipun harus mengorbankan kedaulatan Raja Badung. Residen J. Escbach mengusulkan agar Raja Badung tetap dikenakan denda 3000 ringgit (7500 gulden). Meskipun telah diultimatum, Raja Badung saat itu, I Gusti Ngurah Denpasar, tetap menolak tuiduhan dan tuntutan sampai batas waktu pada tanggal 9 Januari 1905.
Penolakan tegas Raja Badung mengakibatkan pemerintah kolonial mengirim kapal angkatan laut ke perairan Badung untuk melakukan blokade ekonomi. Tindakan kejam pemerintah kolonial melalui patroli angkatan lautnya semakin sering dilakukan, lebih-lebih sikap raja Badung yang tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah terhadap tuntutan ganti rugi. Meskipun pihak kerajaan Badung mengalami kerugian setiap hari sebesar 1500 ringgit dari pemasukan pelabuhan akibat blokade ekonomi itu, Raja Badung tetap tegus pada keyakinannya menolak tuduhan Gubernurmen. Sementara itu blokade ekonomi di darat juga dilakukan dengan cara bekerja sama dengan raja-raja tetangga seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Tabanan, dan Karangasem, namun kerajaan-kerajaan tetangga itu sulit memutuskan hubungan dengan Raja Badung karena kepentingannya masing-masing. Blokade ekonomi yang dilancarkan di laut atau di darat ternyata gagal dan tidak mampu membuat Raja Badung menyerah. Kondisi ini mengakibatkan semakin tegangnya hubungan politik antara Kerajaan Badung dan Pemerintah Gubernurmen.
Oleh karena Raja Badung tetap pada keyakinannya, maka Gubernur Jenderal Van Hentzs mengirim surat secara langsung kepada Raja Badung pada tanggal 17 Juli 1906. selain kepada I Gusti Ngurah Pemecutan dan I Gusti Ngurah Denpasar, Van Hentzs juga mengirim surat kepada Raja Tabanan, I Gusti Ngurah Agung, raja yang dengan tegas memihak Raja Badung. Surat Gubernur Jenderal itu pada pokoknya mengulangi tuntutan pemerintah yang diajukan sebelumnya, bahkan jumlah ganti rugi yang dituntut lebih besar yaitu 5173 ringgit (12.932,50 gulden). Jumlah ini termasuk biaya blokade yang sudah dikeluarkan pemerintah Gubernurmen dan harus dibayar oleh Raja Badung. Substansi penting dari isi surat itu adalah batas waktu yang diberikan. Gubernur Jenderal mengancam akan mengambil tindakan militer apabila Raja Badung dan Tabanan tidak memberikan jawaban yang memuaskan sampai tanggal 1 September 1906.
Ancaman dari Gubernur Jenderal di Batavia tidak sedikitpun mengubah pendirian Raja Badung. Sekalipun pemerintah tertinggi Hindia Belanda di Batavia mengeluarkan surat perintah untuk mengadakan untuk mengadakan untuk mengadakan ekspedisi militer pada tanggal 4 September 1906, Raja Badung telah siap menanggung resiko demi membela kedaulatan kerajaan (Nindihin Gumi Lan Swadharmaning Negara). Dengan didahului pernyataan sumpah menurut Agama Hindu, raja dan rakyat Badung lebih yakin untuk menolak ultimatum dan ancaman Belanda.

Ekspedisi militer V sampai di Selat Badung pada tanggal 12 September 1906. Kekuatan armadanya berjumlah 16 buah kapal, yaitu 9 buah kapal perang, dan 7 buah kapal pengangkut. Kapal-kapal perang tersebut di antaranya ”De Hortog Hendrik, Koningin Wilhelmena, Der Nederlander”, dilengkapi dengan meriam berbagai kaliber. Seluruh personil yang ikut dalam ekspedisi itu berjumlah 3053 orang yang terdiri atas 2312 orang personil militer dan 741 orang sipil termasuk wartawan perang.
Utusan dikirim pada sore harinya untuk menyampaikan ultimatum kepada Raja Badung dan Tabanan agar menyerah dalam tempo 2 x 24 jam. Ultimatum ditolak tegas, sehingga pasukan Belanda mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 14 September 1906. Pabean Sanur diduduki dan dijadikan benteng pertahanan mereka untuk melakukan serangan ke arah Kesiman sebagai benteng terdepan Raja Badung.
Laskar Badung yang sudah siap perang memperkuat bentengnya masing-masing di depan Puri Kesiman, Denpasar, dan Pemecutan. Dengan gagah berani mereka berani menjaga puri meskipun dihujani tembakan meriam dari Kapal ”De Hortog Hendrik”. Keesokan harinya Laskar Badung menduduki beberap desa yaitu Taman Intaran, Buruan, dan Sindu. Di Sindu terjadi kontak senjata antara Laskar Badung dan Batalyon 11 Pasukan Belanda.
Namun Laskar Badung yang datang dari Kelandis dan Bengkel bergerak menuju Kepisah dan mencapai Tanjung Bungkak, menyusul 500 laskar dari Kesiman di bawah pimpinan I Gusti Gde Ngurah Kesiman bergerak ke selatan. Sebagian dari mereka bersenjatakan tombak, keris, pedang, dan senapan telah menduduki sebagian besar wilayah Sanur. Mengetahui kehadiran laskar Badung yang terutama terlihat jelas dari Laskar Tombak, maka pasukan Belanda melepaskan tembakan salvo dari benteng pertahanan mereka yang berjarak hanya 100 meter. Terjadilah pertempuran hebat, satu melawan satu di seluruh Desa Sanur pada tanggal 15 September 1906. Di kedua pihak jatuh korban. Pasukan Belanda banyak yang mengalami luka-luka, sedangkan dari Laskar Badung tercatat 33 orang tewas dan 12 orang luka akibat tembakan meriam.

Laskar Badung di Renon memasang ranjau dari bambu untuk membendung dan menghambat serangan pasukan kavaleri Belanda yang menggunakan kuda. Pertahanan di desa-desa yang mengelilingi 3 puri, yaitu Puri Kesiman, Puri Denpasar, dan Puri Pemecutan diperkuat termasuk desa-desa di Renon, Lantang Bejuh, Sesetan, Panjer, Kelandis, Bengkel, dan Tanjung Bungkak.
Pasukan Belanda di bawah pimpinan Rost Van Toningen bergerak meninggalkan benteng di Pabean Sanur pada tanggal 16 September 1906, jam 07.00. Pasukan itu bergerak mengikuti jalan besar ke sebelah barat menuju Tanjung Bungkak, yang terdiri atas batalyon 18 dan 20, sedangkan batalyon 11 bergerak di sebelah kiri. Kedatangan batalyon 18 dan 20 di Desa Panjer disambut oleh serangan gencar dari sekitar 2000 orang anggota Laskar Badung. Karena matahari hampir terbenam, dengan cepat pasukan Belanda meninggalkan medan pertempuran untuk kembali ke bentengnya di Sanur. Pada waktu mereka tiba di benteng, sekitar 30 orang anggota laskar Kerajaan Badung dari Kesiman menyerang Pabean Sanur namun tembakan yang dilepaskan angkatan laut Belanda berhasil memukul mundur laskar kerajaan. Perang sehari pada tanggal 16 September di sekitar Panjer dan Sesetan sangat melelahkan pasukan Belanda, sehingga keesokan harinya pada tanggal 17 September 1906 pasukan Belanda lebih banyak tinggal di benteng untuk membahas taktik penyerangan terhadap kota dan ketiga puri Kerajaan Badung. Meskipun demikian, meriam artileri yang ditempatkan dekat benteng mulai ditembakkan bersama-sama dengan tembakan meriam dari kapal perang. Tembakan-tembakan meriam itu diarahkan ke Puri sekitar kota dan Puri kesiman.
Taktik untuk menyerang dan mengepung ibu kota dari sebelah utara atau dari belakang Puri Denpasar yang didahului dengan penyerangan ke Puri Kesiman, baru diputuskan pada tanggal 18 September 1906. Keputusan itu baru diambil dengan pasti setelah ada laporan dari mata-mata Belanda bahwa I Gusti Gde Ngurah Kesiman yang ikut menyerang benteng Belanda di Sanur telah terbunuh.
Pada Tanggal 18 September 1906, sejak jam 08.00 sampai dengan jam 18.00, meriam penembak yang teletak disebelah kanan benteng ditembak kearah kota. Sebanyak 216 tembakan meriam diarahkan ke Puri Pemecutan dan Denpasar, beberapa mengenai Puri dan lebih banyak jatuh diluarnya. Sebanyak 1.500 orang laskar yang tidak gentar menghadapi gertakan Belanda melalui tembakan meriam, kemudian memperkuat benteng pertahanan di tepi timur Kesiman, di dekat kebun kelapa antara Tepi sungai Ayung dan Desa Tangtu.
Pada tanggal 19 September, jam 07.45, Pasukan Belanda sudah siap menyerang Kesiman. Gerakan Pasukan Belanda dimulai dari Pantai menuju keutara. Sementara itu laskar Kerajaan Badung yang mempertahankan Desa Tangtu menyerang Rost Van Toningen pada batalyon 20 sehingga seorang prajurit Belanda luka berat. Serangan laskar Badung dapat dihentikan oleh 2 peleton batalyon 11 yang mengejar. Mereka melanjutkan serangannya untuk menduduki Puri Kesiman dengan kekuatan 3 batalyon yaitu batalyon 11 mengambil posisi sayap kanan, batalyon 20 ditengah dan batalyon 18 diposisi sayap kiri disebelah timur sungai Ayung.
Pada jam 10.45 kedudukan laskar kerajaan Badung sudah mendekati jarak 350 meter dari pasukan Belanda yang paling depan, sehingga asap mesiu yang mengepul sekitar kedudukan laskar Badung menjadi sasaran tembak pasukan Belanda. Laskar Badung maju dengan magsud melawan dengan sangat berani dan heroic, tetapi tembakan gencar mengenai mereka dan roboh. Kelemahan pada pihak laskar Badung terletak pada teknik persenjataan. Meskipun menggunakan meriam kecil (lila) dengan tembakan yang sangat lambat namun ternyata senjata ini menjadi pembangkit semangat untuk berperang. Semangat heroic yang rela berkorban, berperang sampai titik darah penghabisan dan pantang menyerah adalah kewajiban leluhur setiap laskar Badung di Kepisah maka Puri Kesiman dapat diduduki oleh tiga batalyon pasukan Belanda pada jam 15.30. Jatuhnya pertahanan di Puri Kesiman mempermudah pasukan Belanda kesebelah barat untuk menuduki Puri Denpasar dan Puri Pemecutan.

Pasukan belanda bergerak kearah Barat meninggalgan Puri Kesiman dan menuju tepi Barat Desa Sumerta pada tanggal 20 September 1906, jam 07.00 bersamaan dengan gerakan pasukan, tembakan meriam dari benteng belanda di Sanur diarahkan ke Puri Denpasar dan Pemecutan, sebanyak 60 peluru meledak di dalam dan sekitar puri sehingga menimbulkan kerusakan.
Laskar Badung ditepi barat Desa Sumerta melakukan perlawanan untuk mempertahankan tepi timur Denpasar. Pada jam 08.00 pasukan Belanda dibagi tiga bagian. Batalyon 18 berbaris kesebelah kiri menuju Desa Kayumas, batalyon 11 kesebelah kanan jalan (utara) menuju batas Timur Denpasar. Pada waktu batalyon 18 berangkat keselatan, sejumlah laskar Badung yang mempertahankan Kayumas menembak dengan meriam (lila) tetapi dibalas pasukan Belanda. Pada jam 09.00 Raja I Gusti Ngurah Denpasar telah mendengar bahwa pasukan Belanda telah masuk ke kota Denpasar. Di Puri Denpasar telah berkumpul keluarga dan pengikut swetia Raja, kira-kira 250 orang, Raja memerintahkan untuk membakar Puri Denpasar.
Pada Jam 10.30, batalyon 11 pasukan Belanda telah menduduki perempatan. Pada jalan Denpasar menuju Tangguntiti. Pada jam 11.00 Raja dan Rombongannya keluar puri. Laki-laki dan Wanita semuanya membawa senjata yang terdiri atas keris dan tombak. Anak-anak juga demikian dan bayi digendong. Rombongan ini bergerak kesebelah utara melalui pintu gerbang Puri dan keluar jalan besar, sampai di persimpangan jalan Jero Belaluan. Rombongan meneruskan perjalanan sampai jarak sekitar 300 meter dari batalyon 11.
Rombongan diperintahkan untuk berhenti melalui penterjemah. Meskipun sudah berulang kali diperingatkan, tetapi rombongan maju terus hingga semakin dekat, sampai mjarak 100 meter, 80 sampai 70 langkah dari kedudukan pasukan Belanda, pada jarak terakhir, raja dan rakyat Badung berlari kencang dengan tombak dan keris terhunus menerjang musuh.
Saat itulah tembakan salvo dilepaskan sehingga beberapa orang jatuh tersungkur termasuk raja I Gusti Nguah Gde Denpasar, Raja Badung Gugur. Pengikut yang masih hidup melanjutkan penyerbuannya dan tembakan gencar pasukan Belanda diteruskan. Pada waktu itulah terjadi peristiwa yang mengerikan bagi orang Belanda. Dengan Cara melawan Pantang menyerah, berperang sampai titik darah penghabiskan, raja dan rakyat Badung rela dan iklas membela kebenaran yang luhur. Tewas membela kebenaran adalah sorga bagi mereka dan keyakinan ini tetap teguh mereka pegang sampai saat terakhir, sesuai dengan ajaran agam mereka, Hindu.
Rombongan kedua dari Puri, kemudian muncul dijalan besar, dipimpim oleh saudara tiri raja yang masih berumur 12 tahun dengan tombak yang sangat panjang di tangan dan hampir keberatan, pasukan Belanda dikepung. Saat itu, komandan pasukan dan juru bahasapun memperingatkan agar berhenti, tetapi rombongan ini tidak menghiraukan dan menyerang dengan ganas. Satu persatu mereka gugur kena peluru. Tumpukan mayat sebelumnya semakin bertambah.

Sementara itu, di dekat perempatan jalan dari Denpasar menuju Tangguntiti dan Kesiman masih terjadi serangan laskar kerajaan Badung. Laskar Badung yang masih menduduki Jero Taensiat melakukan serangan sporadis terhadap kedudukan pasukan Belanda. Oleh karena peperangan yang tidak seimbang antara pasukan militer propesional lengkap dengan persnjatan modern pada waktu itu terhadap laskar konvensional yang hanya memiliki jiwa dan semangat pantang menyerah dalam mempertahankan kedaulatan negeri dengan segala patriotisme dan heroismenya, maka setiap serangan pelawanan laskar Badung dapat dijinakkan.
Pasukan Belanda bergerak keselatan menuju dan menduduki Puri Denpasar pada jam 13.00 dari depan Puru Denpasar, pasukan Belanda melanjutkan penyerangannya ke Puri Pemecutan pada jam 15.00.
Raja Badung dari Puri Pemecutan, I Gusti Gde Ngurah Pemecutan, memerintahkan untuk membakar Puri sebelum melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Pada jam 15.00 batalyon sudah meninggalkan halaman depan Puri Denpasar dan sampai di Puri Suci tidak terjadi perlawanan laskar kerajaan Badung, sebab konsentrasi pertahanan Kerajaan Badung berada disebelah kiri depan Puri Pemecutan. Tembakan gencar yang dilepaskan pasukan belanda bertujuan membebaskan jalan didepannya dari serangan mendadak laskar Badung karena sejumlah laskar semakin mendekati kedudukan pasukan Belanda.
Laskar Kerajaan Badung yang bertahan diseberang sungai melepaskan tembakan kearah batalyon 18 setelah jarak tembak 700 meter dan tepat mengenai sasaran sehingga 2 orang dari pasukan Belanda menjadi korban. Dibalas dengan tembakan artileri meriam kaliber 3,7 mengakibatkan Laskar Badung berguguran.
Pasukan Belanda bergerak maju mendekati Puri Pemecutan dan pada waktu itu serangan laskar Badung dilakukan. Raja I Gusti Ngurah Pemecutan yang di usung dengan tandu berkumpul dengan para punggawa, istri, dan keluarganya di Puri Pemecutan. Semuanya bergerak menyongsong kehadiran pasukan Belanda.

Kelompok laskar di sana-sini bermunculan menyerang dengan tombak dan senapan dari jarak yang agak jauh. Rombongan raja bergerak secara perlahan mendekati pasukan Belanda. Setelah posisi mereka sangat dekat dengan posisi pasukan Belanda, raja pasukannya bergerak semakin cepat dan langsung menerjang pasukan Belanda. Pada pertarungan sengit itulah raja dan pasukannya gugur satu per satu. Akhirnya pada pukul 18.00 perlawanan laskar Badung di Pemecutan yang merupakan benteng terakhir terhenti. Belanda berhasil menduduki Puri Pemecutan.
Puputan Badung adalah sebuah bentuk perang perlawanan terhadap ekspedisi militer pemerintah kolonial Belanda V di Badung. Puputan Badung berarti pula bentuk reaksi terhadap intervensi penguasa Belanda terhadap kedaulatan masyarakat Badung. Bagi masyarakat Bali di Badung, puputan berarti juga sikap mendalam yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur, yaitu ksatria sejati, rela berkorban demi kedaulatan dan keutuhan negeri (Nindihin Gumi Lan Swadharmaning Negara) membela kebenaran dan keadilan (Nindihin Kepatutan) serta berperang sampai tetes darah terakhir.
Oleh karena itu ”Puputan” yang menjadi tekad bersama raja-raja, para bangsawan dan seluruh rakyat di Badung sama sekali bukanlah refleksi keputusasaan, justru perang Puputan Badung 20 September 1906 merupakan fakta sejarah tak terbantahkan tentang jiwa kepahlawanan dan kemanunggalan raja dan rakyat Badung. Berdasarkan bukti-bukti historis yang ada, jelas bahwa raja-raja dan rakyatnya betul-betul tulus iklas dan berani (laskarya) melakukan perang ”Puputan” sebagai bentuk keputusan bersama untuk mempertahankan kedaulatannya dari Belanda.
Fakta sejarah Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906, akan tetap abadi tidak saja dalam catatan sejarah perjalanan negeri ini, namun juga dalam hati sanubari rakyat di seluruh negeri. Perang yang menelan 7000 korban jiwa itu patut menjadi suri teladan tidak hanya bagi rakyat Badung, namun bagi seluruh insan tanah air di masa kini, untuk senantiasa berjuang mencapai cita-cita kemerdekaan Bangsa Indonesia sampai titik darah penghabisan.

Visi dan Misi

VISI
Melangkah bersama membangun Badung berdasarkan "Trihita Karana"  menuju masyarakat adil sejahtera dan ajeg.

MISI

Bidang Parahyangan
Peningkatan srada dan bhakti  Masyarakat terhadapa ajaran agama, serta peningkatan eksistensi adat budaya dalam rangka mengajegkan Bali di era kekinian.

Bidang Pawongan
- Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di Badung.
- Menata sistem kependudukan dan meningkatkan kesejahteraan sosial 
  masyarakat
- Meningkatkan perekonomian yang berbasis kerakyatan dan ditunjang oleh iklim 
   kemitraan.
- Mewujudkan kepastian hukum serta menciptakan ketentraman & ketertiban
  masyarakat.
- Mewujudkan kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance 
  & Clean Government)

Bidang Pelemahan
- Memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah
- Mewujudkan pembangunan yang selaras & seimbang sesuai fungsi wilayahnya
- Melestarikan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Organisasi / SKPD


Struktur Organisasi / Susunan Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Badung sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah adalah sbb:

  • Sekretariat Daerah
  • Dinas Daerah
  • Lembaga Teknis Daerah
  • Instansi Vertikal
  • Kecamatan
  • Sekretariat DPRD
  • Perusahaan Daerah
  • Staf Ahli
  • Situs Instansi
Lembaga Tradisional
  Lembaga  
 Kecamatan
 Kuta
 Selatan
 Kuta
 Kuta
 Utara
 Mengwi
 Abian
 semal
 Petang
 Jumlah
PHDI
DESA ADAT
BANJAR ADAT
SEKAA  TERUNA
SUBAK
1
9
40

40
-
 1
6
34

34
3
 1
8
23

23
19
 1
38
211

211
46
 1
32
122

122
33
 1
27
48

48
15
 6
120
478

478
116
JUMLAH
 90
78 
74 
 507
 310
 139
 1.198
 

 

 Bupati dari Masa ke Masa







Kependudukan
Penduduk dapat menentukan dinamika suatu wilayah atau sebuah kota. Selaku individu dan kelompok, penduduk menjadi pelaku utama dalam kehidupan sebuah kota atau wilayah. Berdasarkan data Bappeda Badung 2009, jumlah penduduk Badung 388.514 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1, 21% dan kepadatan rata-rata 928 jiwa/ km². Wilayah yang paling banyak penduduknya adalah Mengwi, yaitu 108.469 jiwa, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah wilayah Petang, yaitu 28.392 jiwa. Kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Kuta Utara, yaitu1.783 jiwa/ km², sedangkan terendah di Kecamatan Petang, yaitu 247 jiwa/ km² (http://bappeda.badungkab.go.id). Khusus data penduduk di wilayah Kota Mangupura, dalam buku Badung Selayang Pandang (Humas Badung, 2011: 4), belum dicantumkan secara khusus. Dalam buku tersebut hanya dicantumkan data secara umum, bahwa sampai akhir April 2011 penduduk Kabupaten Badung berjumlah 487.613 jiwa dengan kepadatan 1: 165, 50 jiwa/ km². Untuk dapat mengetahui gambaran umum jumlah penduduk Kota Mangupura, dapat dilakukan rujukan pada data Badung Dalam Angka 2009. Dalam data tersebut disebutkan jumlah penduduk wilayah Kota Mangupura berjumlah 59.715 jiwa dengan kepadatan 13 jiwa/ ha. Jumlah penduduk terpadat berada di Kelurahan Sading, yaitu 24 jiwa/ ha, sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Desa Kekeran, yaitu dengan kepadatan 9 jiwa/ ha (Sumber: Badung Dalam Angka 2009).

Perekonomian
Pada masa kerajaan, kekuatan ekonomi Badung banyak didukung oleh sektor pertanian (agraris) berkombinasi dengan sektor perdagangan. Ketika pusat pemerintahan Badung berada di Puri Denpasar, aktivitas perdagangan berupa pasar sore (tenten) berada di sebelah selatan puri. Hal inilah yang menyebabkan pusat pemerintahan Badung disebut Puri Denpasar, yang berarti puri dajan pasar (di sebelah utara pasar). Perekonomian Badung juga didukung pelabuhan laut di Kuta, yang banyak berhubungan dengan pedagang dari luar daerah, bahkan dari negara asing. Setelah Indonesia merdeka, khususnya sejak dekade 1980-an, perekonomian Badung lebih banyak didukung oleh sektor pariwisata budaya. Sektor inilah yang banyak memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Badung. Dalam sambutan peresmian Kota Mangupura pada 12 Februari 2010, Mendagri Gamawan Fauzi memuji keberhasilan Kabupaten Badung yang mampu meningkatkan PAD, yang semula kurang dari Rp 400 miliar menjadi lebih dari Rp 800 miliar pada 2011. Padahal, PAD daerah biasanya hanya 5 – 20 persen dari pendapatan keseluruhan. Akan tetapi, Kabupaten Badung ternyata mampu mencapai 60 persen. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa menurut Mendagri (http://bali.antaranews.com). PAD Kabupaten Badung tersebut lebih banyak bersumber dari kontribusi pajak hotel dan restoran (Humas Badung, 2011: 9).
Tingginya PAD Badung yang berasal dari kontribusi pajak hotel dan restoran (PHR) menyebabkan Pemda Bali berinisiatif mewajibkan Kabupaten Badung menyisihkan PAD yang berasal dari PHR untuk disumbangkan kepada kabupaten lain di Bali (selain Denpasar) melalui Pemda Bali. Kewajiban tersebut dituangkan dalam Keputusan Gubernur Bali No. 16, Tahun 2003. Setelah terjadinya peristiwa Bom Bali pada 2002, pemanfaatan sumbangan Kabupaten Badung kepada Pemda Bali untuk didistribusikan kepada enam kabupaten di Bali, pemanfaatannya diprioritaskan untuk promosi pariwisata bersama dan peningkatan keamanan. Hal ini diputuskan berdasarkan SK Gubernur No. 285/01-F/HK/2009, 11 Maret 2009 (Humas Badung, 2011: 7). Tingginya PAD Badung inilah yang antara lain banyak memberikan kontribusi kepada Kabupaten Badung sehingga sebagian dananya dapat digunakan untuk membangun gedung pusat pemerintahannya, yang menurut Mendagri Gamawan Fauzi sangat megah. Menurut Kabag Administrasi Pembangunan Badung, A.A. Ngr. Bayu Kumara, dana pembangunan Gedung Puspem Badung sebenarnya juga berasal dari dana pinjaman di Bank Pembangunan Daerah Bali. Untuk mengangsur pembayaran dana pinjaman proyek pembangunan Gedung Puspem Badung inilah, antara lain diambil dari PAD Badung.

Sosial Budaya
Penduduk Badung sejak zaman dahulu sebenarnya adalah masyarakat agraris dengan dilandasi ajaran agama Hindu dan adat yang kuat. Menurut Bagus dkk. (1977: 101--103), kehidupan komunal masyarakat agraris Bali, hidupnya berkelompok dalam sistem kekekrabatan keluarga batih, keluarga luas, klan kecil, dan klan besar. Keluarga batih terbentuk setelah terjadi perkawinan. Keluarga luas terbentuk dari satu perkawinan atau sejumlah perkawinan sehingga keluarga luas terdiri atas lebih dari satu keluarga inti. Klan kecil merupakan keluarga dalam satu ikatan dadia, yang menjadi satu kesatuan tempat suci klan (tunggal dadia), seperti klan (warga) Pasek atau warga Pande. Klan besar merupakan ikatan keluarga dalam satu ikatan tempat suci panti atau paibon. Klan besar ini memiliki sejarah asal usul dalam bentuk babad, yang disimpan oleh kepala keluarga paling tua (penglingsir) atau di tempat suci paibon-nya. Fungsi babad klan besar adalah untuk membina identitas kelompok dan memelihara norma serta adat tradisional.
        Dalam kehidupan sosial budaya di Kabupaten Badung saat ini selain terdapat lembaga pemerintahan juga terdapat lembaga adat yang terdiri atas 120 desa adat, 523 banjar (dusun), dan 523 sekaa teruna (organisasi pemuda tradisional). Di Kabupaten Badung terdapat satu Badan Penasihat Lembaga Adat (BPLA) Kabupaten dan enam BPLA Kecamatan, satu Widyasabha Kabupaten dan enam Widyasabha Kecamatan. Lembaga-lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan Bali pada umumnya. Sebagaimana lazimnya sebuah lembaga, anggota masyarakat adat ini terikat dalam suatu aturan adat yang disebut awig-awig. Keberadaan awigawig ini sangat mengikat warganya sehingga umumnya masyarakat sangat patuh kepada adat. Oleh karena itu, keberadaan lembaga adat ini merupakan sarana yang sangat ampuh dalam menjaring partisipasi masyarakat Badung. Banyak program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung berhasil dilaksanakan karena melibatkan peran serta lembaga adat (http://www.badungkab.go.id).

Pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena baik buruknya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan penduduknya. Disamping itu pendidikan juga menjadi salah satu indikator yang menentukan Indek Pembangunan manusia ( Human Development Index – HDI) dan Gender Development Index (GDI) dari suatu negara. Pendidikan dapat memberikan nilai-nilai kognitif, afektif dan psikomotorik kepada setiap individu disamping juga dapat digunakan sebagai alat untuk mentranspormasikan nilai-nilai yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap individu baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting dan inilah daftar sarana pendidikan yang berada di Kabupaten Badung



Transportasi
Transportasi merupakan salah satu kebutuhan dan kepentingan dari berbagai kegiatan pembangunan dalam upaya menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan. Transportasi dalam peranannya sebagai penunjang dan penggerak serta pemerata hasil – hasil pembangunan mutlak harus direncanakan, diatur dan dikendalikan sedemikian rupa agar dapat berfungsi optimal.
Transportasi memegang peranan yang sangat penting dan merupakan urat nadi penunjang proses dan kegiatan dalam hidup dan kehidupan manusia. Transportasi dalam bentuknya sebagai pelayanan jasa transportasi berfungsi menunjang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Permintaan ( demand ) transportasi dari waktu ke waktu senantiasa mengalami peningkatan sementara penyediaan ( supplay ) sarana dan prasarana transportasi sangat terbatas dan tidak mampu mengimbanginya , sehingga permasalahan transportasi tidak mungkin dihindari.

Pariwisata
Badung merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Kabupaten yang berada di Bali Selatan ini memiliki enam kecamatan yakni Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan. Kabupaten Badung juga menjadi tujuan wisata nusantara dan mancanegara karena memiliki banyak objek wisata yang terkenal.



Berikut Long Trip Mania sajikan beberapa objek wisata pantai yang ada di Kabupaten Badung yang perlu Anda ketahui.

1. Pantai Kuta

Pantai kuta merupakan salah satu pantai paling eksotis yang ada di Bali dan merupakan objek wisata andalan dari kabupaten Badung. Pantai Kuta sudah terkenal di mancanegara sejak tahun 1970-an. Di pantai ini anda bisa menyaksikan matahari tenggelam (sunset). Setiap harinya pantai ini tidak pernah sepi dari pengujung (kecuali hari raya Nyepi).

2. Pantai Jimbaran (Muaya)

Pantai Muaya atau lebih dikenal dengan nama Pantai Jimbaran, terletak di Desa Jimbaran kecamatan Kuta Selatan. Pantai Muaya memiliki pemandangan yang khas, dengan pasir putih yang berkilau dan pemandangan sunset yang indah.

3. Pantai Dreamland

Pantai ini terletak di desa Pecatu kecamatan Kuta Selatan. Pantai Dreamland dikelilingi oleh tebing-tebing yang menjulang tinggi dan dikelilingi batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai. Pantai ini sangat cocok untuk menikmati sunset.

4. Pantai Nusa Dua

Pantai Nusa Dua terletak di Nusa Dua, kecamatan Kuta Selatan. Pantai dengan pasir putih ini memiliki suasana damai dan tenang, sangat cocok untuk beristirahat dan bersantai di bawah matahari tropis. Pantai Nusa Dua terbagi menjadi beberapa titik pantai seperti pantai Samuh, Club Med, Mengiat, Geger, dan Nikko. Pada pagi hari Anda bisa menikmati sunrise.

5. Pantai Water Blow

Lokasi Pantai Water Blow dekat dengan pantai Nusa Dua. Pantai ini penuh dengan tebing karang dan kita tidak bisa berenang di pantai ini karena laut sangat jauh dibawah tebing karang. Di sini bisa menyaksikan ombak yang menghantam batu karang yang menyebabkan air menjulang tinggi dan sangat indah.
6. Pantai Padang-Padang

Pantai Padang-Padang juga disebut dengan nama pantai Labuan Sait. Terletak di Jalan Labuan Sait, Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan. Pantai Padang-Padang dikelilingi oleh tebing batu karang yang kokoh, sehingga untuk mencapai pantai ini anda harus melalui celah tebing karang yang hanya muat satu orang serta menuruni anak tangga satu persatu.
7. Pantai Pandawa

Pantai Pandawa atau Secret Beach, terletak di desa Kutuh Kecamatan Kuta selatan. Disebut Secret Beach karena lokasinya tersembunyi di balik deretan perbukitan batu yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Di pantai ini ada patung keluarga Pandawa.
8. Pantai Kedonganan

Terletak di Desa Tuban Kecamatan Kuta, mempunyai pemandangan yang menawan dengan pasir putih serta gelombang yang tenang. Pantai ini menampilkan panorama sunset yang menakjubkan. Di pantai ini banyak terdapat restoran yang menyajikan seafood dan ramai dikunjungi pada sore hingga malam hari.

9. Pantai Canggu

Pantai ini terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, memiliki keunikan tersendiri dimana diseberang pesisir pantai terdapat hamparan sawah yang luas. Pantai Canggu banyak dikunjungi peselancar lokal maupun manca negara dikarenakan pantai ini mempunyai gelombang yang tinggi.

10. Pantai Cemongkak

Pantai ini terletak di sebelah utara pantai Bingin.Karakterisitik pantai ini mirip seperti pantai Dreamland dan pantai Bingin. Pantai ini masih alami dan suasananya tenang dengan hamparan pasir putihnya.

11. Pantai Nyang-Nyang

Pantai ini terletak di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan, berada tersembunyi dibalik karang. Pantai ini berpasir putih bersih dengan air lautnya berwarna hijau kebiru biruan. Untuk sampai kelokasi terlebih dahulu menuruni anak tangga agar bisa mencapai pantai. Pantai ini terkenal dengan gelombang besarnya sehingga banyak turis asing yang datang kesini untuk bermain selancar.

12. Pantai Seseh

Pantai berpasir hitam ini terletak Desa Munggu Kecamatan Mengwi. Dari pantai ini Anda bisa menikmati pemandangan sunset. Pantai ini mempunyai gelombang besar dan berangin kencang sehingga cocok untuk melakukan kegiatan olahraga selancar dan Kitesurf.

13. Pantai Batu Bolong

Pantai Batu Bolong terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara. Di pantai ini terdapat batu besar dengan sebuah bolongan di dalamnya. Pemandangan matahari terbenam yang luar biasa, membuat pantai ini terlihat menakjubkan dan indah.

14. Pantai Berawa

Pantai ini terletak di Banjar Berawa desa Canggu kecamatan Kuta Utara, memiliki pasir putih dan ombaknya yang sangat kencang. Gelombang air laut di kawasan pantai ini selain memiliki ombak bagus juga mempesona, menyuguhkan pemandangan alam indah terutama saat matahari tenggelam.

15. Pantai Suluban

Pantai yang terletak di Desa Pecatu kecamatan Kuta Selatan ini memiliki keunikan tersendiri pada saat menuju pantai harus terlebih dahulu melewati tebing batu karang yang menyerupai goa atau terowongan sebelum akhirnya sampai di pantai yang luas, berpasir putih dengan gemuruh gelombangnya menyenangkan.
16. Pantai Batu Mejan (Echo Beach)

Pantai Batu Mejan (Echo Beach) terletak di Desa Canggu kecamatan Kuta utara. Kawasan pantai ini berada diatas karang namun pada sisi pantainya terdapat pasir yang landai.

17. Pantai Bingin

Pantai ini letaknya di Desa Pecatu kecamatan Kuta selatan. Panti ini cocok untuk kegiatan surfing dan bersantai untuk menikmati sunset. Pantai bingin dan Pantai Dreamland dipisahkan oleh tebing yang cukup tinggi. Untuk menuju pantai ini pengunjung harus melewati kebun penduduk asli, dan menuruni anak tangga batu di jalan sempit dan juram.

18. Pantai Double six

Terletak di Desa Seminyak kecamatan Kuta, sedikit lebih tenang daripada pantai Kuta dan menghadirkan nuansa eksotis Pantai Kuta beberapa tahun silam. Sama seperti pantai Kuta, di sini kita akan disuguhkan pemandangan sunset yang indah.

19. Pantai Jerman

Terletak di Jalan Wana Segara, Desa Tuban, Kecamatan Kuta. Di pantai ini Anda akan menemukan banyak perahu-perahu nelayan yang terparkir rapi di pinggiran pantainya dengan warna dan ukuran yang beragam. Anda bisa melihat pesawat mendarat atau lepas landas dari Bandara Ngurah Rai di bagian kiri pantai. Bersantai di pantai sambil melihat pesawat naik turun akan menjadi sensasi yang berbeda.
20. Pantai Pererenan

Terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara. Pantai berpanorama indah ini merupakan salah satu referensi pantai surfing di Bali, khususnya di kalangan surfer yang sudah memiliki tingkat keterampilan cukup tinggi. Selain itu pantai berkarang ini juga menawarkan panorama sunset yang menawan.

21. Pantai Selasih

Terletak di Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, pantai ini diapit dua muara sungai. Dua muara sungai yang mengapit Pantai Selasih juga adalah pemisah serta penyatu pantai ini dengan Pantai Pererenan di satu sisi dan Pantai Seseh di sisi lain. Pantai Selasih ini cocok sekali untuk mereka yang mencari ketenangan dan relaksasi.

22. Pantai Tanjung Benoa

Pantai Tanjung Benoa dikenal sebagai pusat wisata air (watersports) dan satu-satunya tempat untuk permainan-permainan olah raga air yang menyenangkan. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di pantai ini seperti bersantai bersama teman atau keluarga, berjemur, berjalan-jalan sepanjang pantai, berenang dan lain-lainnya.
23. Pantai Tegal Wangi

Pantai Tegal Wangi memiliki pasir putih yang berada di areal Pura Segara Tegalwangi, Desa Adat Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan. Dari atas tebing, selain melihat keindahan pantai, pengunjung juga bisa menyaksikan deburan ombak keras yang menghampiri bibir pantai menuju celah kecil menuju daratan yang dihalangi karang sambil menunggu sunset.

24. Pantai Batu Pageh

Pantai pasir putih yang berada dibawah kawasan batu karang ini terletak di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan. Sejauh mata memandang akan terlihat pemandangan laut biru yang membentang dan sungguh menakjubkan, saat akan menuju lokasi pantai terlebih dahulu para wisatawan yang datang harus menuruni anak tangga  yang berjumlah 328 sebelum sampai dibibir pantai. Banyak wisatawan yang datang kesini menunggu saat matahari terbenam (sunset) sambil berjemur, bermain selancar dan berenang.

25. Pantai Samuh

Pantai Samuh cocok untuk mencari keindahan di pagi hari serta segarnya suasana pantai, suguhan matahari terbit tak kalah menariknya, sehingga tempat ini layak untuk menjadi destinasi utama di kawasan Bali Selatan.

26. Pantai Mengiat


Pantai Mengiat salah satu tempat eksotik yang terletak di kawasan perairan Nusa Dua, sebuah objek wisata menawarkan ketenangan, kedamaian serta lingkungan terjaga bersih. Hamparan pasir putih di Pantai Mengiat, tergolong luas, terbentang sepanjang 1 km, menghadap ke Timur, sehingga pengunjung pantai ini bisa melihat matahari terbit dengan sempurna, air laut yang jernih menggoda setiap orang untuk menikmati kesegarannya.

27. Pantai Geger Sawangan

Pasir pantainya yang putih bersih yang terbentang hingga beratus-ratus meter panjangnya tampak seperti hamparan permadani yang ramah menyambut pelancong yang ingin berbaring dan berjemur di atasnya. Satu hal lain yang banyak menarik turis ke pantai ini adalah terdapatnya wisata mengendarai unta mengelilingi pantai. Pantai Geger terletak di desa adat Peminge, Sawangan.

28. Pantai Batu Belig
Terletak di Banjar Batu Belig, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara. Pantai Batubelig tampaknya juga menjadi tempat yang digemari anak-anak setempat untuk bermain-main, terutama ketika matahari sudah jauh turun mendekati garis cakrawala dan panasnya pun tidak lagi menyengat kulit.


29. Pantai Kelan
Pantai Kelan berada di Pantai Kelan berada di Desa Kelan, Kecamatan Kuta. Salah satu keunikan yang ada di pantai kelan yakni pantai ini terletak di seberang runway bandara, tepat berada di selatan Bandara Ngurah Rai sehingga pengunjung juga bisa menyaksikan hilir-mudiknya pesawat. Pantai Kelan cocok untuk melihat sunset karena view matahari tenggelamnya sungguh memukau.

30. Pantai Niko

Pantai Niko berada di jalan gunung payung I dan dekat dengan kawasan hotel Niko sehingga pantai ini bernama pantai niko. Memiliki keindahan pasir putih dan pantai ini relatif sepi pengunjung, sangat cocok bagi yang tidak suka keramaian..

31. Pantai Gunung Payung

Pantai ini dekat dengan pura Gunung Payung sehingga pantai ini diberi nama Pantai Gunung Payung. Bentangan pasir putih di pantai ini hanya 100 meter, namun memiliki keindahan yang luar biasa apalagi dipadukan dengan keindahan ilalangnya yang menghijau.
32. GWK (Garuda Wisnu Kencana)
Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) ini berlokasi di Bukit Ungasan - Jimbaran, Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung Bali sekitar 40 km di sebelah selatan Denpasar dan bila dari pelabuhan Udara dapat ditempuh sekitar 15 menit. Dari Ubud Anda dapat mencapainya sekitar 1.5 jam dan sekitar 30 menit dari Kuta. Dimana saat ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi Landmark bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Kompleks lapangan GWK sering dipakai sebagai tempat konser atau launching perusahaan di Bali. Di malam hari, kita bisa menikmati kerlap-kerlip lampu di bagian bawah seperti Jimbaran, Benoa dan juga Kuta.
33. Tur Mangrove Benoa
Wisata lain yang menarik di pulau Bali adalah berwisata ke hutan mangrove atau bakau. Hutan bakau ini dapat kita kelilingi melalui jalan setapak yang terbuat dari kayu berupa jembatan yang melintasi daratan dan perairan disekitar lingkungan hutan mangrove. Hutan ini terletak di dekat Pelabuhan Benoa di Suwung Kau, sekitar 21 km ke selatan Denpasar, dekat bandara Internasional Ngurah Rai, yakni di tepi Jl. Bypass jalan utama yang menghubungkan titik-titik pusat wisata antara pantai Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran sampai ke Uluwatu. 
34. Pura Taman Ayun
Pura Taman Ayun merupakan salah satu dari pura-pura terindah di Bali, terletak di Desa Mengwi, Badung sekitar 18 kilometer barat laut kota Denpasar dan . Dalam bahasa Bali, Taman Ayun berarti “taman yang indah”. Sebagai salah satu pura Bali yang dibuat oleh Kerajaan Mengwi kuno, Pura Taman Ayun ini juga dimaksudkan sebagai tempat wisata keluarga kerajaan, sehingga pada bagian dari pura Hindu ini sangat indah. Halaman pura ditata sedemikian indah dan dikelilingi kolam ikan yang dibangun tahun 1634 oleh Raja Mengwi saat itu I Gusti Agung Anom. Dihiasi oleh meru - meru yang menjulang tinggi dan megah diperuntukkan baik bagi leluhur kerajaan maupun bagi para Dewa yang bestana di Pura-pura lain di Bali.
35. Pura Uluwatu
Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan tempat wisata yang menawan, terletak di ujung selatan pulau Bali dan mengarah ke samudra Hindia, tepatnya berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung. Pura ini berdiri kokoh di atas anjungan batu karang terjal dan tinggi yang menjorok ke arah laut dengan ketinggian sekitar 50 meter. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura. Mengunjungi Pura Uluwatu paling baik adalah pada sore hari, sehingga Anda bisa menyaksikan matahari tenggelam dengan siluet Pura Uluwatu yang mengagumkan.  
36. Waterbom Bali
Ingin ke tempat liburan yang paling seru buat keluarga, anak-anak, tua muda di Bali? Ingin berenang dan berjemur atau bersantai di kolam? Mau mencoba wahana permainan  air yang menantang dan seru di Bali? Semua cuma ada di Waterbom Kuta-Bali, yang berada di jantung Kuta tepatnya di jalan Kartika Plaza. Waterbom Bali mudah dicapai bahkan hanya dengan berjalan kaki dari Pantai Kuta. Apabila Anda dari Bandara Ngurah Rai, jarak tempuh ke Waterbom Bali hanya sekira 2 km. Dari Pantai Tuban, Waterbom Bali hanya berjarak sekira 900 meter. Dari Pantai Legian, jarak ke Waterbom Bali mencapai 3 kilometer saja. Waterbom Bali juga berdekatan dengan Hardrock CafĂ© Bali dan sejumlah fasilitas lainnya.

POTENSI YANG DI DAPAT:
Menyesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayahnya, maka Kabupaten Badung dibagi menjadi 3 wilayah Pembangunan yaitu:

Wilayah Pembangunan Badung Utara, 
yang meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Petang dan Abiansemal dengan pusat pengembangan wilayah di Blahkiuh, dengan dominasi aktivitas perkebunan, tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan rumah tangga dan konservasi alam.

Wilayah Pembangunan Badung Tengah,
yang meliputi Kecamatan Mengwi dengan pusat pengembangan di Mengwi dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan, pariwisata budaya serta industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

Wilayah Pembangunan Badung Selatan,
yang meliputi Kecamatan Kuta Selatan, Kuta dan Kuta Utara dengan pusat pengembangan di Kuta dan dominasi aktivitas pariwisata, pendidikan, perikanan, industri kecil, serta perdagangan dan jasa.

Sedangkan sektor-sektor unggulan yang dikembangkan di wilayah ini adalah :
Pariwisata
Pertanian dalam arti luas
Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga

KEKURANGAN YANG DI DAPAT:
Masalah utama yang dihadapi adalah kemacetan dikarenakan wilayah pariwisata yang dikunjungi hampir setiap hari bahkan ada yang ramai setiap saat sehingga menciptakan kemacetan yang tidak bisa diduga dan yang kedua adalah persaingan infrastruktur dimana penduduk local harus bersaing dengan penduduk asing yang membawa budaya infrastruktur serba modern.


SOLUSI:

        Pemerintah seharusnya menggali sedalam-dalamnya semua potensi yang ada di Kabupaten Badung terutama disektor pariwisatanya bahkan bisa di dukung dengan peningkatan sarana dan prasarana untuk pariwisata agar para pelancong memiliki aksesbilitas ketempat tujuan pariwisata lebih mudah sehingga akan lebih banyak wisatawan yang terserap dan mampu membuat perkembangan ekonomi lebih meningkat.

3 komentar: